Oleh Moh. Husen*
Marilah kita beristirahat sebentar dari membaca atau membicarakan nama-nama tokoh nasional di negeri ini. Kali ini, mohon maaf, pembaca sengaja saya ajak bercengkrama dengan nama-nama tak dikenal, bahkan tak jelas, melalui pintu masuk ajakan dari mereka untuk santai sejenak.
Malam selepas Isyak, ketika tiba-tiba keinginan untuk menulis datang dan baru saja saya mau menulis, Yohanes menelpon. Ia tanya posisi, lalu saya diminta geser ke WP. Dari sebelah handphone, Veri berteriak agar lima menit saya sudah di lokasi.
Saya pun oke, segera tancap.
Di lokasi saya lihat ada Ugeng dan Viki. Mereka menyuruh saya untuk pesan apa saja. Kebetulan saya sedang malas ngopi. Saya pesan es coklat dan crispy. Kami duduk, saling ngobrol, silaturahmi, sembari menikmati menu pesanan masing-masing.
Mohon jangan tanya siapa mereka. Yang jelas mereka bukanlah bacaleg, melainkan bacalah, agar kita mengerti ucapan Sayyidina Ali bin Abi Thalib: lihat omongannya, jangan lihat siapa yang ngomong.
Yohanes dkk alias dan kawan-kawan hanyalah sebuah nama. Untung mereka laki-laki. Kalau perempuan, mungkin nama mereka adalah Evi, Dita, Mawar atau siapa tahu: Bunga Dahlia, seperti lagu dangdutnya Mansyur S: “Bungaku…. Dahlia…”
Gara-gara diajak mereka itu, ide saya menulis dengan judul ‘Menikmati Ucapan Ali’, menjadi terbengkalai. Ucapan yang saya maksudkan adalah kalimat populer Sayyidina Ali bin Abi Thalib: undhur ma qola wa la tandhur man qola. Yang berarti, lihat omongannya, jangan melihat siapa yang ngomong.
Saya sebut menikmati karena ucapan Ali yang bagus itu, yang semestinya membuat kita sadar agar jangan meremehkan tukang becak, sekalipun. Yang terpenting adalah lihat omongannya atau idenya, bukan lihat dia tukang becaknya.
Namun, beberapa orang akhir-akhir ini nampak terang-terangan sedang memanfaatkan atau menikmati ucapan baginda Ali itu secara kurang tepat. Toh, apa saja memang bisa dinikmati secara tidak tepat. Bukan hanya jabatan, tapi juga ucapan.
Kalau seorang koruptor berteriak di forum jangan korupsi, dia bilang di belakang: “Jangan lihat siapa gue dong, lihatlah omongan gue. Gue emang suka korupsi di kantor. Tapi nasihat gue kan bagus, elu jangan korupsi.”
Artinya, yang curang gue saja. Elu jangan curang. Yang korup gue saja. Elu jangan korup. Kalau elu ikut korup, ntar gue gak kebagian dong. Elu jangan curang deh, biar gue aja yang curang, biar gue aja yang dapat hasil banyak. Lihat omongan gue dong, jangan lihat siapa gue.
Tapi berhubung Yohanes dkk tiba-tiba menelpon, ide melanjutkan kalimat Ali yang diselewengkan tadi mendadak buyar entah ke mana. Akhirnya, saya tulis saja Yohanes dkk. Saya gabungkan dengan ucapan baginda Ali.
Adapun nama lengkap mereka sengaja tidak saya tulis secara lengkap. Enak saja. Biarlah jika ada yang mengira Yohanes itu guru sekolah, Veri pelukis, Ugeng penjual mie ayam, dan Viki juru parkir. {*}
Banyuwangi, 18 Juni 2023
*) Catatan kultural jurnalis RadarJatim.id, Moh. Husen, tinggal di Banyuwangi, Jawa Timur.







