Pendidikan diawali dari keluarga. Orang tua dan rumah adalah sekolah pertama yang dikenal oleh anak, sehingga peran orang tua sangat penting. Melalui orangtualah anak akan belajar mengenai nilai-nilai dan norma sebelum anak memasuki jenjang prasekolah maupun pendidikan sekolah dasar.
Orang tua harus memberikan teladan yang baik bagi anak-anaknya, karena anak bersifat imitasi yaitu menirukan segala sesuatu yang ia dengar dan dia lihat. Jadi, orang tua harus lebih berhati-hati dalam perilaku maupun perkataan.
Namun, sebagian orang tua masih ada yang belum sadar tentang hal itu. Terkadang justru orang tua memberikan pengaruh negatif kepada anak-anaknya. Misalnya bertengkar antara ayah dan ibu di depan anak-anak, melakukan kekerasan fisik maupun verbal kepada anggota keluarga dan lain sebagainya. Hal ini justru akan membuat anak stres dan menghambat perkembangan mentalnya, terutama memberikan contoh perilaku yang tidak terpuji.
Program pendidikan parenting adalah metode yang tepat bagi orang tua dalam pembentukan karakter anak. Parenting di sini bukan sekadar mengasuh anak, namun orang tua harus mendidik, membimbing dan melindungi setiap perkembangan anak. Pendidikan parenting memiliki pengertian yaitu program pendidikan pengasuhan yang dilakukan oleh lembaga untuk meningkatkan kualitas kepengasuhan dan tercapainya visi-misi.
Parenting di SMA Islam Parlaungan biasa dilakukan setiap 2 bulan sekali dalam rangka meng-upgrade semangat dan motivasi orang tua dalam menjalankan peran sebagai orangtua, sahabat, dan kakak bagi putra putri mereka yang memasuki masa pembentukan jati diri.
Momentum yang tidak kalah menarik dan berkesan bagi anak adalah saat dilaksanakan motivasi diri bagi peserta didik melalui cerita inspirasi dari wali santri. Kegiatan motivasi diri bagi siswa siswi mendapatkan respon yang baik dari pelajar SMA Islam Parlaungan. Hal ini menyadarkan kita semua bahwa hubungan yang baik antara pelajar dan orang tuanya sangatlah memberikan dampak positif terhadap perkembangan anak-anak kita.
Program ini juga dihadiri sekaligus mendapat dukungan dari para Guru dan teman-teman PPL dari Universitas Sunan Giri Surabaya. Kegiatan ini diawali dengan pembukaan dan dilanjutkan dengan sambutan dari kepala sekolah SMA Islam Parlaungan, Slamet, Ssi, MPd yang mana beliau memberikan seuntai kata bahwa di atas ilmu masih ada adab dan juga memberikan secarik petikan hadis dari sahabat Abu Bakar.
“Barang siapa yang berbicara di dalam majlis niscaya di akhir hayatnya akan dibungkam mulutnya”.
Hal ini bertujuan agar peserta didik SMA Islam Parlaungan dalam mengikuti kegiatan dalam wadah kemajelisan ilmu janganlah ramai atau berbicara sendiri, sehingga akan menjadikan ilmu yang bermanfaat. Seiring dengan berjalannya waktu, kegiatan parenting yang diisi dengan motivator Sri Warni SPd selaku wali santri dari ananda Rheyhan kelas XII IPS SMA Islam Parlaungan Sidoarjo.
Ia memberikan materi yang bertema “Motivator Andal bagi Putra-putri” yang mana dalam pemapaparanya menyerukan, jadilah anak yang mempunyai etika dalam segala hal dan di mana pun tempat, dengan mencerminkan pelajar yang berakhlaqul karimah. Ia juga memberikan apresiasi bagi pelajar yang menunjukkan keberanianya dalam menjawab dan memberikan jawaban yang diberikan motivator.
Tidak hanya siswa yang “dipaksa” melek motivasi dan prestasi. Kegiatan peningkatan kompetensi guru sebagai mesin cetak dan wadah inspirasi peserta didik dalam mewujudkan mimpinya melalui kegiatan peningkatan kompetensi pendidik oleh pelatih ahli Sekolah Penggerak dari Provinsi Jawa Timur, Dr Syamsul Arifin, MPd.
Dijelaskan, bahwa banyak teori dalam memberikan pembelajaran untuk pelajar. Di antaranya, teori belajar behavoristik. Dalam teori ini disebutkan, perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru melalui hasil interaksi. antara stimulus dan respon.
Teori kognitif, yang belajar dengan mementingkan proses belajar dari hasil belajar itu sendiri. Dan, yang ketiga, yaitu teori konstruktivis yang mengutamakan keaktivan pembelajaran dalam mengontruksikan pengetahuan berdasarkan interaksinya dalam pengalaman belajar yang diperoleh dalam arti difasilitasi pembelajar.
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab pendidik pada masa yang akan datang tentu semakin kompleks. Pendidik dituntut untuk melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensi. (*)
*) Penulis adalah Kepala SMA Islam Parlaungan Waru, Sidoarjo.







