SIDOARJO (Radar Jatim.id)-Proses pembelajaran secara Daring/Online dengan menggunakan sarana HP yang terjadi pada masa pandemi virus Covid 19 ini, sangat efektif untuk menggantikan pembelajaran tatap muka.
Namun di sisi yang lain, penggunaan HP terhadap anak-anak dengan memakai paket data los, Wi Fi bebas serta tanpa kontrol orang tau, dan mereka komunikasi dengan temannya melalui sebuah kelompok/grub. Kondisi ini terkadang muncul juga bentuk-bentuk perundungan atau bullying kecil, yang tanpa disadari oleh pelakunya.
Oleh karena itu, agar tidak terjadi perundungan atau bullying di lingkungan sekolahnya. MINU (Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama) KH Mukmin Sidoarjo telah menerapkan Penguatan Karakter Profile Pancasila.

Kepala MINU KH Mukmin Sidoarjo Nurul Hamamah, M.Pd.I menuturkan kalau modelnya seperti itu perlu adanya pemahaman, baik guru maupun siswanya. Karena perkataan di dalam grub itu sifatnya adalah perundungan, tetapi begitu ketemu muka, si pelaku ini tidak merasa ada perundungan.
Lanjutnya, makanya yang dikatakan perundungan atau bullying itu batasan-batasannya seperti apa, yang mana saja, agar kita tahu kalau ada hal-hal yang tidak diinginkan, karena bisa menjadikan mental teman atau siswa lainnya tidak baik. “Makanya kami sudah mengawali program anti bullying itu belum ada program yang tersistem. Sehingga kami minta bantuan orang tua untuk memantau anak-anaknya, yang digrub-grub itu tidak ada gurunya,” tutur Nurul Hamamah, pada (13/12/2021) pagi.
Ia katakan, sebenarnya sekolah ini sudah memantau para siswa, karena mereka sudah mempunyai akun dari madrasah. Kita juga sudah bisa memantau chattingan anak-anak, tetapi tidak bisa melihat setiap saat di setiap grub tersebut. Sehingga kita minta bantuan orang tua untuk pengawasan tersebut.
Makanya, setelah ada program Profile Pancasila dengan Unair Surabaya dan tim inovasi perlu kita buatkan sistem untuk mengawal kegiatan sekolah. Dari Unair seletah melihat program kita Literasi dan Anti Bullying, yang Literasi sudah jalan, untuk bullyingnya didampingi lebih intens, dengan pendamping Fasda Dewi Rochmawati SE. “Akhirnya kami koordinasikan, dan program-program seperti apa yang bisa dikembangkan, serta bagaimana caranya menangani anak-anak yang menjadi korba perundungan,” jelas Nurul Hamamah.
Selaku Pendamping, Dewi Rochmawati mengatakan kalau pihak kepala sekolah sangat mendukung dan mengarahkan terlaksananya sikap saling menghargai perbedaan suku dan bahasa. Dengan tujuan terciptanya lingkungan sekolah yang menghargai teman yang berbeda suku. “Jadi dalam pelatihan tanggal 26 Juni 2021 lalu, gurunya harus memberikan pengenalan tentang bullying dan menghargai teman yang berbeda suku dan bahasa di sekolah. Juga melaksanan pembinaan dan pembimbingan bagi siswa yang melanggar,” jelas Dewi Rochmatawati. (aim)







