OLEH.AFFANDI.
NIM; 202110520111018
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTOR ( S.3)
PROGRAM STUDI DOKTOR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2021
Sejak awal berdirinya sebuah organisasi perserikatan Muhammadiyah pada tahun 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan, disamping kegiatan soosial keagamaan kesehatan, sampai dengan sekarang Muhammadiyah tetap konsisten memajukan dunia pendidikan. Disaat zaman penjajahan belanda
maupun Jepang dimana belanda mengawasi dengan ketat segala aktifitas masarakat dan paratokohnya, Muhammaadiyah terus berusaha membuka sekolah sekolah di seantero Nusantara dengan tujuan mencerdaskan umat tanpa melihat golongan apa. Karena sudah berkomitmen untuk memajukan peradaban bangsa Indonesia. Dikarenakan ketatnya pengawasan Pemrintah Hindia Belanda maka dikalangan organisasi Islam Yang Lain Seperti Nahdlatul Ulama hanya mengembangkan pondok pesantren salaf.
Terbukti dalam catattan sejarah pada masa awal Muhammadiyah berdiri, Muhammadiyah sudah mendahului organisasi Islam lainnya untuk melakukan gerakan pembaharuan, khususnya di bidang pendidikan. Konsistensi persarikatan Muhammadiyah dalam usaha bidang pendidkan ini dapat dilihat adanya pengakuan pemerintah, atas berdirinya Volkschool, 47 Standaardschool, 69 Hollands Inlandse School (HIS), dan 25 Schakelschool, yaitu sekolah lima tahun yang akan menyambung ke
MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs, setingkat SMP saat itu bagi murid tamatan vervolgschool atau standaardschool H I S, Vervolk Scool, Sekolah Bumi Putra Sekolah Ongko Loro / Sekolah Untuk Masarakat Kelas Dua Untuk Sebutan Kaum Pribumi Oleh Perserikatan Muhamadiyah.
Atas prakarsa jasa-jasa K.H. Ahmad Dahlan dalam menumbuhkan kesadaran bangsa Indonesia melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan K.H. Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan Nasional dengan terbitnya surat Keputusan
Presiden Republik Indonesia no. 657 tahun 1961.
Bahkan sebelum Muhammadiyah berdiri tahun 1911 beliau mendirikan sekolah yang dinamakan MIDI. Muhammadiyah membuka sekolah dasar tiga tahun (Volkschool atau sekolah desa) dengan menyamai persyaratan dan kurikulum Volkschool Gubernemen. Setelah itu, dibuka Vervolgschool
Muhammadiyah sebagai lanjutannya. Maka bermunculan Volkschool dan Vervolgschool Muhammadiyah di Indonesia, terutama di Jawa.
Dengan adanya organisasi Muhammadiyah yang tetap eksis dan istikomah, telah banyak memberikan kontribusi kepada bangsa ini. Pada zaman penjajahan belanda organisasi seperti NU belum punya sekolah-sekolah Dengan Nama Vervolgschool mulo, HIS, dan lain sebagainya. Pada
masa penjajahan belanda Muhamadiyah sudah berani mendirikan sekolah sekolah umum tersebut walaupun diawasi dengan ketat oleh pemrintah belanda. Ajaran yang menuntut kemajuan, 2 kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam. Bahkan presiden
kedua pak Suharto yang berhasil menjabat jendral dan berkuasa sebagai presiden adalah hasil didikan Sekolah Muhammadiyah yaitu MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs. Pada akhir 1932, Muhammadiyah memiliki 103 Volkschool, 47 Standaardschool, 69 Hollands Inlandse School (HIS),
dan 25 Schakelschool, yaitu sekolah lima tahun yang akan menyambung ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs, setingkat SMP saat ini) bagi murid tamatan vervolgschool atau standaardschool kelas V. Sekolah Muhammadiyah juga memakai Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Saat itu Sekolah Muhammadiyah merupakan lembaga pendidikan pribumi yang dapat menyamai kemajuan sekolah Belanda, Katolik, dan Protestan.
Dengan lahirnya organisasi Perserikatan Muhammadiyah, telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang sangat dibutuhkan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa Indonesia. Dengan jiwa
ajaran Islam sesuai dengan printah agama Tolabul ilmi faridlotun ala kulli muslimin yang artinya menuntut ilmu itu diwajibkan kepada seiap umat islam.
Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria. Setelah Indonesia merdeka dan demokrasi mulai dilaksanakan diwarnai dengan berdirinya beberapa partai politik, dengan tujuan untuk menghadapi pemilu pertama. Umat Islam juga membentuk Partai Masyumi . Diantara tokoh islam yang mendirikan antara lain KH. Abdul Wahid Hasyim dari Nahdlatul
Ulama, Moh. Nasir, Kasman Singodimejo, dsb. Nahdlatul Ulama berubah haluan menjadi sayap Partai Masyumi. Bahkan menjelang pemilu 1955 jamiyah Nahdlatul Ulama berubah menjadi Partai NU dan ikut pemilu.
Namun Muhammadiyah tidak bergeming dan tetap sebagai perserikatan yang konsisten istikomah memajukan pendidikan. Pada saat kader Muhamadiyah pak Suharto berkuasa selama tiga dekade Muhammadiyah juga tetap konsisten memajukan pendidikan tidak bergesr ke ranah politik praktis.
Dalam bidang, pendidikan, Muhammadiyah mendirikan sekolah sekolah SMA , SMK, MA (Setingkat), SMP, M.Ts, (Setingkat), SD, MI (Setingkat), TK (Setingkat), dan Perguruan Tinggi. Dalam proses penyelengaraanya Muhammadiyah berkomitmen untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada seluruh masyarakat tanpa memandang status sosial, bahkan Muhammadiyah juga memberikan ruang kepada Mahasiswa/Siswa WNA (Warga Negara Asing) untuk mengenyam pendidikan di pendidikan milik Muhammadiyah. Untuk sekolah di Muhammadiyah tidak disaratkan seorang Muslim. Bahkan seperti di Universitas Muhammadiyah Kupang lebih sepertiganya adalah Umat Nasrani. Begitupun konsistensi Muhammadiyah mengimplementasikan pelayanannya pada Amal
Usaha lainnya.
Sejalan dengan tujuan Muhammadiyah, Abdul Mu’ti (Sekretaris Jendral Muhammadiyah), seorang Dosen ilmu pendidikan yang spesifik keilmuannya linear jurusan Pendidikan pernah mengatakan bahwa; “Konsensus segala bangsa harus hadir di dalamnya memberi makna kehadiran kita kemudian memberi kontribusi negara yang sesuai cita-cita bangsa alinea keempat pembukaan UUD 1945 ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.” 3 Apa yang di sampaikan oleh Prof.Dr. Abdul Mu’ti, adalah merupakan perwujudan dari apa yang telah di lakukan oleh perserikatan Muhammadiyah sejak tahun 1912 sampai dengan saat ini, dan di era revolusi industri 5.0, Muhammadiyah tetap menunjukkan komitmennya di dalam mencerdaskan kehidupan bangsa baik melalui pendidikan formal non formal maupun informal.
Pada saat terjadi reformasi tahun 1998 demokrasi telah bangkit kembali setelah terkekang pada zaman orde baru maka berdirilah partai partai politk bak jamur yang tumbuh di musim penghujan. Muhammadiyah tetap berjuang dalam usaha memajukan pendidikan dan tidak tertarik menjadi
partai politik. Pada saat itu lahir PKB, PKU, PNU,PKNU, yang mengatas namakan partainya orang NU. Gerakan Muhammadiyah tetap di bidang pendidikan dan sosial keagamaan. Muhamadiyah pada masa kepemimpinan KH.Hisyam, sebagai penerus perjuangan Kyai Ahmad
Dahlan, titik perhatian Muhammadiyah lebih banyak diarahkan pada masalah pendidikan dan pengajaran, baik pendidikan agama maupun umum. Dalam hal ini tercermin dari langkah pendidikan para putra-putrinya di beberapa perguruan milik pemerintah. Dua putranya disekolahkan menjadi guru, saat itu disebut sebagai bevoegd scoll yang akhirnya menjadi guru di HIS Met de Qur’an Muhammadiyah di Kudus dan Yogyakarta. Salah satu putranya belajar di Hogere Kweekschool di Purworejo, dan seorang lagi tamat di Europese Kweekschool Surabaya. Kedua lembaga pendidikan tersebut merupakan sekolah yang didirikan Pemerintah Kolonial Belanda untuk mendidik calon guru yang berwenang mengajar HIS Gubernemen milik Pemrintah Kolonial Belanda.
Pendidikan pada periode kepemimpinan Kiai Hisyam mengalami perkembangan sangat pesat.
Demikian halnya ketertiban administrasi dan organisasi pun semakin mantap. Sebelum sebagai ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Mbah Hisyam adalah Ketua Bahagian Sekolah (saat ini Majelis Pendidikan) Pengurus Besar Muhammadiyah. Dengan organisasi otonom Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori
kebangkitan wanita Indonesia untuk menempuh pendidikan dan berfungsi sosial, setara dengan kaum pria. Pada era KH Hisyam Kebijakan organisasi diarahkan pada modernisasi sekolah Muhammadiyah, agar
bisa sama dengan kemajuan sekolah milik pemerintah colonial belanda. Ia berpikiran, masyarakat yang ingin putra-putrinya untuk mendapatkan pendidikan umum tidak harus memasukkan ke sekolah pemerintah colonial belanda, karena Muhammadiyah telah mendirikan sekolah umum yang mempunyai mutu sama dengan sekolah pemerintah. Bahkan, para siswa memperoleh pendidikan agama yang memadai. Walaupun harus memenuhi persyaratan yang berat, sekolah-sekolah yang didirikan Muhammadiyah banyak yang mendapatkan pengakuan dan predikat persamaan dari pemerintah kolonial dan bersubsidi dari pemrintah Belanda. Muhammadiyah tidak Menjauhi pemerintah kolonial juga tidak mengekor. Hisyam tetap mau bekerjasama dengan pemerintah kolonial yakni dengan menerima bantuan keuangan, walau jumlahnya sangat sedikit, tidak sebanding dengan bantuan pemerintah kepada sekolah-sekolah Kristen. Hal inilah yang menyebabkan K.H. Hisyam dan Muhammadiyah mendapatkan kecaman dan kritikan keras dari perguruan Taman Siswa dan jamiyah Syarikat Islam yang saat itu melancarkan
politik non-kooperatif terhadap pemerntah kolonial. 4 Bagaimana tanggapan Mbah Hisyam? Ia berpendirian bahwa subsidi pemerintah merupakan hasil pajak yang dipungutpaksa dari rakyat Indonesia, terutama umat Islam. Dengan subsidi tersebut, persyarikatan bisa memanfaatkan untuk membangun kemajuan pendidikan yang akhirnya juga mendidik dan mencerdaskan bangsa. Sehingga menerima subsidi dianggap lebih baik dari pada menolak. Jika subsidi ditolak, akan dialihkan ke sekolah-sekolah Kristen yang didirikan pemerintah kolonial yang hanya akan memperkuat posisi kolonialisme Belanda.
Akhirnya Hisyam pun memperoleh penghargaan dari “pesaingnya” yakni pemerintah kolonial Belanda berupa bintang tanda jasa, yaitu Ridder Orde van Oranje Nassau. Ia dinilai berjasa kepada masyarakat dalam pendidikan Muhammadiyah, yang dilakukan dengan mendirikan berbagai macam
sekolah Muhammadiyah di berbagai tempat di Indonesia.
Sejalan dengan tujuan Muhammadiyah,Doktor Abdul Mu’ti (Sekretaris Jendral Muhammadiyah), seorang Dosen yang spesialis keilmuannya selalu linear jurusan Pendidikan (S1 s/d S3) pernah mengatakan. “Konsensus segala bangsa harus hadir di dalamnya memberi makna kehadiran kita kemudian memberi kontribusi negara yang sesuai cita-cita bangsa alinea keempat pembukaan UUD 1945 ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.”
Apa yang di sampaikan oleh Abdul Mu’ti, adalah perwujudan dari apa yang telah dilakukan oleh Muhammadiyah sejak tahun 1912 sampai dengan saat ini, dan di era revolusi industri 4.0, Muhammadiyah tetap menunjukkan komitmennya di dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman.
Adapun beberapa sekolah pada zaman Belanda adalah: ELS HIS HCS MULO AMS Schakel School STOVIA. Adapun sistem pendidikan di Era penjajahan Belanda antara lain Europeesche Lagere School (ELS) ELS adalah sekolah dasar zaman kolonial Hindia Belanda yang diperuntukkan hanya untuk keturunan Belanda saja. Awalnya, ELS hanya menerima untuk para murid
berkewarganegaraan Belanda. Akan tetapi, sejak diterapkan Politik Etis, tahun 1903, ELS juga dibuka untuk rakyat Indonesia yang ingin bersekolah di sana. Para murid yang bersekolah di ELS akan menempuh masa pendidikan sekitar tujuh tahun dengan materi pembelajaran menggunakan bahasa pengantar bahasa Belanda. Hollandsch-Inlandsche School (HIS) HIS merupakan sekolah dasar bagi pribumi yang didirikan oleh Belanda. HIS pertama kali dibentuk tahun 1914. Tidak jauh berbeda dengan ELS, HIS juga menerapkan masa studi selama tujuh tahun. HIS ini diperuntukkan bagi rakyat Indonesia yang keturunan bangsawan dan keturunan tokoh terkemuka. Bahasa pengantar di sekolah ini juga sama dengan ELS, yaitu bahasa Belanda. Baca juga: Perkembangan Sejarah Pendidikan di
Indonesia Hollandsch Chineesche School (HCS) HCS adalah sekolah yang didirikan pemerintah Belanda tahun 1908 di Jakarta. HCS ditujukan khusus untuk anak-anak keturunan Tionghoa yang saat itu ada di Hindia Belanda. Selain itu, HCS juga didirikan untuk menandingi sekolah-sekolah
berbahasa Mandarin yang didirikan oleh Tiong Hoa Hwee Koan. HCS menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) MULO merupakan sekolah pendirian Belanda yang setara dengan sekolah menengah pertama atau SMP. Akhir tahun 1930-an, MULO sudah ada hampir di setiap kabupaten di Jawa. Masa pendidikan yang ditempuh di MULO adalah tiga tahun. Bahasa pengantar yang digunakan dalam MULO adalah bahasa Belanda. Baca juga: Sistem Pendidikan Nasional Algemeene Middelbare School (AMS) AMS adalah pendidikan menengah umum pendirian Belanda yang didirikan tanggal 5 Juli 1919. Masa pendidikan yang harus 5 ditempuh ketika belajar di AMS adalah selama tiga tahun bagi yang menerima lulusan MULO. AMS
setara dengan sekolah menengah atas atau SMA dengan menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Hoogere Burgerschool (HBS) HBS adalah pendidikan menengah umum yang didirikan tahun 1863 untuk orang Belanda, Eropa, Tionghoa, dan elit pribumi. Masa pendidikan yang
harus ditempuh di HBS adalah lima tahun, setelah HIS atau ELS. Sekolah HBS ini memerlukan murid yang pandai, terutama bahasa Belanda. Salah satu tokoh penting yang sempat bersekolah di HBS adalah Soekarno di Surabaya. Mengapa Belanda Mendirikan Sekolah di Indonesia? Schakel School Schakel School adalah sekolah rakyat yang berada di daerah. Masa studi yang harus ditempuh di Schakel School yang dtempuh selama lima tahun. Para murid yang lulus dari Schakel School disamakan dengan lulusan HIS.
Pada zaman penjajahan belanda sekolah milik pemerintah bersifat sekuler. Sedangkan pesantren bersifat inklusif relegius. Maka sekolah sekolah yang didirikan oleh Muhammadiyah merupakan perpaduan diantara keduanya. Disamping diberikan mata pelajaran agama mata pelajaran umum pun diberikan sesuai yg dilaksanakan oleh sekolah umum oleh pemerintah belanda.
Dengan konsistennya Muhammadiyah dalam mengelola pendidikan , saat ini Muhammadiyah telah tercatat memiliki, 4.623 TK/TPQ, 2.604 SD/MI, 1.772 SD/MI, 1.143 SMA/SMK/MA, 67 Pondok Pasantren, 172 Perguruan Tinggi, Data ini, sebagai bukti nyata perjuangan (kontribusi) Muhammadiyah kepada bangsa Indonesia. Ini meupakan Komitmen Muhammadiyah Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Indonesia dengan menyelenggarakan pendidikan di berbagai tingkatan dan diditikan dari Sabang sebelah barat sampai Meraoke di sebelah timur, dari Natuna paling utara dan sampai Kupang di sebelah selatan.
Reverensi;
AD ART Muhammadiyah
Harian republika
Harian kompas
Kemuhammadiyahan, HADI.S
Pendidikan Sejarah perjuangan bangsa, dikbud




