Oleh Tim KKNT Inovasi Pondok Pesantren Kelompok 4 UPN “Veteran” Jawa Timur
JEMBER (RadarJatim.id) Pondok Pesantren Assuniyah adalah salah satu lembaga pendidikan Islam yang terletak di Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. Pondok Pesantren ini didirikan oleh KH. Djauhari Zawawi yang awalnya hanya berupa pengajian bagi masyarakat umum hingga akhirnya banyak santri-santri yang datang di pesantren ini untuk menuntut ilmu.
Majelis Al-Muwasholah dan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur menjalin kerjasama yang bertujuan untuk saling mendapatkan manfaat. Tim 4 KKN Inovasi Pesantren UPN Veteran Jawa Timur menjalankan program kerja dalam rangka meningkatkan sadar sampah dan cara mengelolanya yang disesuaikan dengan kondisi di Pondok Pesantren Assuniyah bahwa belum adanya upaya pemilahan sampah dan pengelolaannya.
Salah satu dari program kerja tersebut adalah pelatihan pembuatan Ecosseda (Ecoenzim Sesa Sampah Dapur).

Kegiatan pelatihan pembuatan Ecosseda (Ecoenzim Sesa Sampah Dapur) ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 07 Agustus 2024 yang bertempat di Latar daerah A Putri Pondok Pesantren Assunniyah. Kecamatan Kencong, Kota Jember.
Pelatihan pembuatan Ecosseda ini menargetkan santriwati Pondok Pesantren Assuniyah untuk mengikuti pelatihan pembuatan Ecosseda. Kegiatan pelatihan ini dihadiri oleh sekitar 50 orang peserta yang terdiri dari ustadzah daerah A, B, dan C, pengurus pondok putri, serta Ketua Kamar Per Daerah A, B, dan C.
Pada acara pelatihan pembuatan Ecosseda yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Assunniyah, Diawali dengan pembukaan oleh MC yang menyambut seluruh peserta dengan hangat dan menyampaikan rangkaian acara yang akan dilaksanakan.
Kemudian, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi mengenai dasar-dasar pembuatan Ecosseda oleh Rizqi Eka Fatmalah, selaku Wakil Ketua KKNT Inovasi Pondok Pesantren Assunniyah Kelompok 4. Dalam pemaparannya, Rizki memberikan penjelasan mengenai konsep dan tujuan pembuatan Ecosseda, serta bagaimana langkah-langkah awal yang harus dilakukan sebelum memulai proses pembuatan.
Setelah pemaparan materi selesai, acara dilanjutkan dengan sesi praktik pembuatan Ecosseda, di mana peserta dibagi menjadi lima kelompok. Masing-masing kelompok mendapatkan pendampingan dari mahasiswi KKN untuk memastikan bahwa setiap tahapan pembuatan dapat dilakukan dengan benar dan sesuai dengan panduan yang telah diberikan.
Selama proses ini, para peserta berkesempatan untuk bertanya dan berdiskusi langsung dengan pendamping maupun pemateri untuk memperdalam pemahaman mereka. Usai sesi pembuatan Ecosseda, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, di mana peserta dapat mengajukan berbagai pertanyaan seputar pelatihan yang dilakukan.
Beberapa peserta tampak antusias dan aktif bertanya, menunjukkan ketertarikan mereka terhadap materi yang telah disampaikan. Untuk mengapresiasi partisipasi aktif peserta, panitia memberikan reward kepada dua peserta yang mengajukan pertanyaan pertama dan kedua.
Sebagai penutup, acara dilanjutkan dengan sesi dokumentasi, di mana seluruh peserta dan juga panitia berkumpul untuk foto bersama. Setelah itu, rangkaian kegiatan diakhiri dengan doa bersama yang dipimpin oleh MC, sebagai ungkapan syukur atas kelancaran acara yang telah berlangsung.
Kegiatan pelatihan pembuatan Ecosseda ini memiliki tujuan untuk memberikan solusi kepada para santri dalam pengelolaan sampah organik dan pemeliharaan kesehatan lingkungan sekitar. Pelatihan Ecosseda, dihasilkan dari proses fermentasi sisa sampah organik seperti sisa makanan, dapat mengurai sampah secara efektif, mengurangi volume limbah, dan mengurangi beban pada tempat pembuangan akhir.
Selain itu, pelatihan ecosseda dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk meningkatkan kualitas tanah dan mendukung pertumbuhan tanaman, serta dan mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis seperti deterjen.
Dalam sesi pelatihan pembuatan Ecosseda, para Tim KKNT Inovasi Pesantren memberikan informasi kepada para santri pelatihan mengenai alat dan bahan yang digunakan. Alat yang digunakan diantaranya toples plastik, pisau dan pengaduk berupa sendok.
Bahan yang digunakan diantaranya air, molase, sisa sayur yang masih segar, sisa buah yang masih segar dan serai untuk pewangi. Proses pembuatan dilakukan dengan membuka toples plastik, kemudian memasukkan air, molase dan sisa sayur buah dengan perbandingan 10 : 1 : 3.
Perbandingan banyak sayur dan buah yaitu 2 : 8. Setelah itu, semua bahan sesuai perbandingan ke dalam toples plastik dan diaduk menggunakan pengaduk hingga tercampur secara merata kemudian ditutup toples hingga rapat. Ecoenzim ditunggu 3 bulan baru dapat dipanen untuk dimanfaatkan sebagai cairan multiguna.
“Sampah organik di pondok kami seperti sisa sayur dan buah memang belum dimanfaatkan, jadi adanya pelatihan pembuatan ecosseda ini dapat membantu kami untuk belajar cara mengelola sisa sampah dapur agar menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat, jadi tidak hanya langsung dibuang”, ungkap Riza sebagai salah satu santri senior dan pengurus ponpes yang menghadiri kegiatan pelatihan pembuatan Ecosseda, Rabu (07/08/2024).
Tanggapan positif tersebut menjadi bukti bahwa tujuan diadakannya kegiatan pelatihan pembuatan ecosseda berjalan sesuai harapan yaitu untuk pengelolaan sampah yang baik di lingkungan Pondok Pesantren Assuniyah.
Dengan demikian, apabila sampah dikelola dengan cara yang lebih bermanfaat dan ramah lingkungan maka permasalahan sampah dapat ditekan secara optimal. (RJ1/RED)






