SIDOARJO (Rajarjatim.id) Keberadaan generasi muda, atau setingkat pelajar tentang ilmu kemasyarakatan itu kondisinya sangat minim sekali. Untuk menghindari hal tersebut MAN (Madrasah Aliyah Negeri) Sidoarjo dalam program Pondok Ramadhan 1443 H ini diisi dengan Moderasi Agama dan Ilmu Kemasyarakatan.
Menurut Kepala MAN Sidoarjo, Drs. Abdul Jalil, M.Pd.I menuturkan betapa pentingnya ilmu kemasyarakatan kepada pelajar sekarang ini harus selalu dirutinkan dan diperhatikan. Untuk ilmu kemasyarakatan kali ini mengajarkan kepada anak-anak tentang bagaimana cara merawat jenazah. Juga cara membaca kitab kuning. “Sedangkan yang untuk tahfizd juga belajar bagaimana cara menghafal Al Qur an yang lebih praktis dan cepat, tutur Abdul Jalil pada (8/4/2022) pagi.
Sedangkan praktek moderasi agama dilakukan untuk menjaga kemungkinan jauh sebelum terjadi hal yang tidak kita inginkan. “Walaupun siswa MAN sendiri tidak yang menganut garis keras. Namun tetap kami sampaikan agar mereka bisa lebih memilih Islam yang Rahmatan Lil Alamin,” tegas Abah Jalil_sapaan akrabnya.

Sementara itu Ketua Pelaksana PondokRamadhan MAN Sidoarjo Qilmi Munir menambahkan kalau kegiatan yang diikuti oleh 900 ratus siswanya, diantara siswanya adalah tentang kajian kitab Alala, ada risalah puasa, fathul qorib kajian kitab fiqih, almar’atus sholehah, risalah jama’ dan qashar hingga risalah zakat. Dilaksanakan selama 4 hari dengan materi yang berbeda-berda.
Manfaatnya dari beberapa kitab yang kita pilih, selaih kitab Fiqih, kita juga ada kajian Islam Rahmatan Lil Alamin, adalah untuk kesamaan moderasi beragama. Jadi bagaimana kita mengembangkan Islam yang moderat, yang wasathiyah (keseimbangan keyakinan dan toleransi). “Prinsipnya bisa tawasul, berimbang tidak ekstrim kanan, tidak ekstrim kiri. Tasamuh juga itidal kita lurus dan adil,” jelasnya.
“Oleh karena itu ada beberapa kajian kitab akhlaq yang kita pilih, sesuai dengan tema yang kita usung adalah menguatkan karakter sebagai muslim rahmatan lil alamin,”terang guru matematika.

Ia juga menambahkan, habis pembalajaran daring itu kita kawatir, bacaan-bacaan anak-anak yang tidak bisa terkontrol oleh sekolah. Hampir dua tahun belajar daring, jadi mengkawatirkan apa yang dia baca, dia bergaul dengan siapa. “Dalam kesempatan ini juga kita kaji ulang beberapa kitab yang terkait dengan risalah Islam yang sebenarnya,” pungkasnya.(mad)







