SIDOARJO (radarjatim.id) – PT Angkasa Pura I (Persero) Bandara Juanda Surabaya menaruh perhatian lebih pada ibu hamil dan anak-anak di tengah situasi pandemi Covid-19. Manajemen perusahaan ini pun menggerakkan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Balita Bawah Garis Merah (BGM).
Pandemi virus corona (Covid-19) yang berlangsung sejak Maret lalu membuat lesunya sejumlah lini kehidupan masyarakat. Tak terkecuali aspek kesehatan, termasuk pada kelompok yang rawan muncul permasalahan gizi yaitu pada ibu hamil dan balita.
BACA JUGA: Menag Fachrul Razi Positif Covid-19, Jalani Isolasi untuk Cegah Penularan
“Kami pun tergerak membantu mereka. Pemenuhan gizi ini diharapkan membantu memperkuat imun tubuh sebagai benteng diri dari penyakit. Kelompok ibu hamil dan balita tentu memiliki kebutuhan gizi lebih yang harus terpenuhi,” ujar PTS. General Manager Bandara Juanda MMA, Indah Preastuty, Kamis (1/10/2020).
Bagi ibu hamil, sambung Indah, pemenuhan gizi tidak hanya untuk ibu, namun juga janin. Sementara pemenuhan gizi bagi balita sangat diperlukan pada masa pertumbuhan.
Indah melanjutkan, program Bina Lingkungan Berkelanjutan yang sedianya dilakukan dalam bentuk pelayanan kesehatan keliling diubah menjadi Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Balita Bawah Garis Merah (BGM). Pada pelaksanannya, manajemen PT Angkasa Pura I (Persero) Bandara Juanda Surabaya bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo.
BACA JUGA: Di Gresik, 27 Pasien Covid-19 Sembuh, Operasi Malam Makin Digalakkan
“Pada situasi pandemi ini, tidak memungkinkan melibatkan orang dalam jumlah banyak, seperti Puskesmas keliling. Sehingga sebagai wujud tanggung jawab perusahaan, kami tetap menjalankan program kesehatan masyarakat dalam bentuk pemberian makanan tambahan. Sasarannya adalah ibu hamil dan balita yang ada di 16 desa di sekitar area bandara. Jumlah sasaran adalah sebanyak 45 ibu hamil KEK dan 23 balita BGM,” jelas Indah.
Program ini akan dijalankan selama 90 hari atau selama 3 bulan sejak bulan Oktober hingga Desember tahun 2020. Selama periode tersebut, pemberian makanan tambahan dilakukan setiap minggu pertama dan ketiga, sementara konsultasi dan pemantauan dilakukan pada minggu kedua dan keempat setiap bulannya.
Adapun nilai gizi dan jenis makanan tambahan disesuaikan dengan kebutuhan pemenuhan gizi yang diusulkan oleh Puskesmas Kecamatan Sedati yang dalam program ini ditunjuk oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo untuk melaksanakan kegiatan pemberian, penyuluhan, dan pemantauan kepada sasaran PMT.
Selama program berlangsung, Puskesmas Kecamatan Sedati akan menugaskan petugas gizi, bidan desa, perawat, dan para kader di masing-masing desa untuk melakukan pemantauan dan penyuluhan.
“Sebelum program berjalan, pihak Puskesmas telah memiliki data ibu hamil KEK dan balita BGM. Mereka telah melakukan kunjungan dan pengukuran berat dan tinggi badan, sehingga harapan kami program ini tepat sasaran,” jelas Indah.
Kepala Puskesmas Kecamatan Sedati, drg. Fauzi Basalamah, menyebut bahwa ibu hamil dan balita memiliki risiko jika gizi yang diperlukan kurang terpenuhi.
“Kekurangan gizi pada ibu hamil biasanya disebabkan oleh asupan makanan selama kehamilan tidak tercukupi untuk kebutuhan dirinya sendiri dan bayinya,” kata Fauzi.
Masalah gizi pada ibu hamil, lanjutnya, dapat berpengaruh pada derajat kesehatan Angka Kematian Ibu (AKI). Indikator kondisi Kurang Energi Kronis (KEK) salah satunya ditandai dengan ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) ibu hamil kurang dari 23,5 cm. Lalu, dikarenakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, balita juga termasuk kelompok yang membutuhkan asupan makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai.
Berdasarkan laporan bulanan gizi di Kecamatan Sedati, pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan ini memang diperlukan. Bahan makanan yang diberikan di antaranya susu hamil dan balita, sirup suplemen zinc bagi balita, beras, telur, buah pisang, pudding, kentang, teri ikan, dan kacang hijau yang memenuhi kandungan kalori, protein, lemak, serta karbohidrat.
“Teknisnya, kami mencoba menggabungkan makanan pabrikan dengan makanan lokal yang bertujuan agar makanan yang diberikan lebih bisa diterima, karena menggunakan bahan lokal yang sering dikonsumsi, variasi menunya pun kami berikan saat penyuluhan,” ungkapnya. (Phaksy/Red)







