Oleh DEWI MUSDALIFAH
Ada tiga prinsip dasar mengajak siapa pun untuk terlibat dalam sebuah pergerakan. Ketiganya: menyenangkan, memudahkan, dan menguntungkan.
Maka, prinsip itulah yang dipakai Faqih Usman Center (FUC) yang bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) untuk mengadakan pelatihan dan lomba vlog untuk pelajaran SMP dan SMA, Sabtu, 19 Desember 2020.
Pesertanya, ada siswa SMP sebanyak 16 orang dan SMA/SMK 34 orang dari wilayah Kabupaten Gresik dan Lamongan. Mereka mendapatkan fasilitas lumayan istimewa (untuk ukurasn pelajar), di antaranya bertempat di hotel bintang, coffee break, makan siang, dan sertifikat, plus uang saku lagi. Pokoknya komplet.
Sejumlah materi disiapkan oleh panitia. Pertama, disrupsi dunia; memaparkan pentingnya kesadaran peran remaja sekaligus perubahan yang terjadi di dunia. Materi ini untuk meningkatkan kompetensi diri dalam memanfaatkan teknologi dan komunikasi pada hal-hal yang positif.
Materi kedua tentang wawasan kebangsaan, khususnya menyosialisasikan pentingnya persatuan bangsa yang kerap diwarnai disintegrasi. Materi ketiga, bagaimana teknik videografi dalam pembuatan vlog. Bermacam teknik pengambilan gambar dan pengaturan audio dipaparkan dalam sesi ini.
Peserta diberi kesempatan sehari untuk membuat vlog sekaligus dilombakan dengan tema “Persatuan Bangsa”. Pada hari Senin, 21 Desember 2020 dilakukan penjurian oleh praktisi yang telah ditunjuk oleh panitia.
Genderang revolusi mental telah dimulai dari generasi milenial, generasi yang kelak akan memimpin negeri ini.Kaum muda yang masih jernih dan energik. Inilah generasi digital yang positif dan mampu merumuskan dan mempraktikkan persatuan bangsa dengan benar.
Mereka mengajak berbagai elemen masyarakat dab bangsa untuk kembali bersatu dan perduli dengan hal positif di sekelilingnya. Bukan sebaliknya, hanya melihat hal buruk, carut-marut politik, kekerasan, fitnah, adu domba, kerakusan, dan keterbelahan.
Mereka berada dalam kesadaran, bahwa bangsa Indonesia masih terdiri atas beragam ketulusan, pekerja keras, pengabdian, kebersamaan, sebagai sebuah bangsa yang terbalut dalam keragaman atau kebinekaan, tapi tetap dalam satu bingkai yang utuh.
Seperti gelas berisi air keruh, maka cairan yang dituangkan selanjutnya mestilah air bersih yang mendorong air keruh tumpah, hingga pada akhirnya gelas itu hanya menyisakan air yang jernih. Semoga. (*)
*) Penulis adalah guru, pegiat literasi (sastra) dan Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Gresik.






