SURABAYA (RadarJatim.id) – Perkembangan terbaru situasi pandemi Covid-19 di Surabaya menunjukkan tanda-tanda positif. Hal ini terbukti lewat adanya penurunan jumlah kasus yang terus melandai di hampir seluruh kelurahan di Kota Pahlawan.
Menurut data Humas Pemkot Surabaya, kasus Covid-19 di Surabaya terus melandai, sesuai tercatat per tanggal 21 Oktober 2020, ada sebanyak 63 Kelurahan yang sudah nol kasus.
Meski demikian, Pemkot Surabaya bersama jajaran terkait tak mau mengendorkan tindakan sosialisasi dan pencegahan untuk terus mengontrol perkembangan virus ini agar terus menurun dan berkurang lagi.

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Surabaya Febriadhitya Prajatara menegaskan, Pemkot Surabaya terus melakukan berupaya mempertahankan kelurahan dengan nol kasus terkonfirmasi Covid-19 itu. Caranya tak main tetap memperketat penguatan upaya promotif dan preventif. Yakni melalui sosialisasi protokol kesehatan, Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan RT/RW, Kelurahan, Kecamatan dengan melibatkan lintas sektoral secara intensif dan berkelanjutan.
“Masyarakat kami imbau tidak remeh dan tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan dengan tetap patuh malaksanakan 3C (menghindari close room, close distancing, crowded). Lintas sektor diantaranya yakni Karang Taruna, Babinsa, Bhabinkamtibmas juga kami kencangkan,” kata Febriadhitya Prajatara, Kamis (22/10/2020).
Tim jajaran dan Swab Hunter juga masih akan meningkatkan pemeriksaan tes swab. Utamanya, bagi masyarakat yang memiliki angka resiko terkonfirmasi lebih tinggi. Pelaksanaan tes swab ini juga dipastikan telah berkoordinasi dengan puskesmas masing-masing wilayah untuk pemantauan lebih lanjut.
“Kemudian, mensyaratkan hasil pemeriksaan RT-PCR negatif bagi pelaku perjalanan. Terutama bagi warga yang baru pulang dari berpergian. Atau warga luar kota yang menginap di Surabaya,” jelas dia.
Lanjut mantan ajudan Walikota Risma ini, Pemkot Surabaya juga memberikan fasilitas penyediaan sarana isolasi berupa Hotel Asrama Haji (HAH) bagi pasien yang terkonfirmasi. Orang Tanpa Gejala (OTG) guna menurunkan risiko penularan di masyarakat.
Langkah berikutnya, monitoring harian juga rutin terus dilakukan khususnya bagi pergeseran status pelaku perjalanan, kontak erat maupun suspek atau probable di masing-masing kelurahan untuk terus mendeteksi dini. “Jadi istilahnya ada early warning sistem berbasis wilayah di bawah koordinasi Wani Jogo Suroboyo dan puskesmas,” pungkasnya. (Phaksy/Red)







