SIDOARJO (RadarJatim.id) – September Hitam merupakan manifestasi dari upaya masyarakat untuk terus menjaga ingatan dan menuntut keadilan atas kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) masa lalu yang belum benar-benar terselesaikan secara adil.
Ada beberapa tragedi pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia pada bulan September, seperti Gerakan 30 September 1965 oleh Partai Komunis Indonesi atau yang dikenal dengan G30S PKI, Tragedi Tanjung Priok tahun 1984, Tragedi Semanggi II tahun 1999 dan beberapa tragedi pelanggaran HAM lainnya.
Lembaga Semi Otonom (LSO) Pustaka Jalanan, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Tali jagad, Komisariat Lintang Songo Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) menggelar aksi refleksi di depan Monumen Jayandaru, Minggu (28/9/2025) malam.
Tsabitah Tsania Wafi, Ketua PMII Rayon Tali Jagad mengatakan bahwa kegiatan mimbar bebas sengaja dilakukan di depan Monumen Jayandaru yang merupakan fasilitas umum (fasum) untuk mengingatkan kepada masyarakat terkait beberapa kejadian pelanggaran HAM di Indonesia yang terjadi pada bulan September.
“Acara yang bertajuk ‘September Hitam’ adalah sebuah refleksi bagi kita, betapa banyaknya tragedi-tragedi di Bulan September silam. Kita harus tetap mempertahankan dan selalu mengingat kejadian yang sangat penting itu,” katanya.
Ditegaskan oleh Tsabitah bahwa kegiatan mimbar bebas ini bukanlah aksi terakhir yang dilakukan oleh PMII Rayon Tali Jagad, Komisariat Lintang Songo Unusida sebagai salah satu cara membentuk mentalitas kader.
“Ini bukan aksi refleksi yang terakhir. Ini acara pertama kita, dan seterusnya. Tentang September Hitam, kita harus tetap menjaga sebagai bentuk rasa nasionalisme. Tentunya pembentukan mentalitas kader-kader PMII Rayon Tali Jagad,” tegasnya. (mams)







