BOJONEGORO (RadarJatim.id) – Ratusan desa di wilayah Kabupaten Bojonegoro diprediksi akan mengalami kekeringan pada tahun 2025.
Seperti yang diprediksikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, bahwa sebanyak 106 desa akan terdampak kekeringan dan 93 desa diantaranya berpotensi mengalami kekeringan ekstrem.
Merespons hal tersebut, Bupati Bojonegoro Setyo Wahono dan Wakil Bupati Nurul Azizah telah melakukan kunjungan studi ke Kabupaten Gunungkidul pada 17 Januari 2025. Kunjungan itu bertujuan untuk mempelajari tentang pengelolaan sumber daya air berbasis masyarakat, teknologi pemanenan air hujan dan inovasi lokal lainnya yang telah diterapkan.
Sebagai tindak lanjut dari kunjungan tersebut, dan sebagai upaya memperkuat kapasitas pemerintah desa dalam menghadapi potensi kekeringan pada musim kemarau 2025, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro berencana untuk menginisiasi “Program Peningkatan Kapasitas Kepala Desa dalam Rangka Penyelesaian Masalah Kekeringan Berbasis Inovasi dan Pemberdayaan Masyarakat Desa”.
Program sebagai langkah kolaboratif untuk mendorong kepala desa merumuskan strategi penanganan kekeringan berbasis praktik baik yang telah terbukti berjalan dengan baik.
Mengawali rangkaian program, Pemkab Bojonegoro telah menyelenggarakan Sarasehan dan Pembekalan Calon Peserta Kegiatan Live-In Penanganan Kekeringan dan Pengelolaan Sumber Daya Air di Kantor Pemkab Bojonegoro pada 3 Maret 2025 lalu.
Kegiatan diikuti para kepala desa dari wilayah terdampak kekeringan yang akan diberangkatkan secara bertahap untuk mengikuti program pembelajaran selama tiga hari ke beberapa desa di Kabupaten Gunungkidul.
Wakil Bupati Bojonegoro, Nurul Azizah yang turut hadir dalam sarasehan memberikan motivasi kepada para peserta.
“Ayo bersama membaca alam di desa kita. Dengan membaca, kita bisa tumbuhkan solusi dan hidup berharmoni dengan lingkungan,” katanya dihadapan peserta.
Program pembelajaran ini nantinya tidak hanya berfokus pada transfer pengetahuan, tetapi juga mendorong peserta untuk menyusun rencana aksi penanganan kekeringan di desa masing-masing.
Rencana tersebut akan diserahkan kepada Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Bojonegoro sebagai bahan evaluasi dan penyusunan tindak lanjut. Sebagai langkah awal, pada tanggal 15-17 April 2025 akan diberangkatkan 29 kepala desa yang wilayahnya berpotensi mengalami kekeringan ekstrem.
“Dari program ini, kita berharap akan muncul inovasi panen air hujan, pengelolaan air lewat BUMDes, revitalisasi air permukaan, serta penyulingan air, untuk mengatasi kekeringan, dengan menempatkan peran aktif masyarakat sebagai bagian dari solusi yang berkelanjutan,” papar Wakil Bupati Nurul Azizah.
Melalui program ini, diharapkan kepala desa mampu merumuskan strategi inovatif yang selaras dengan kebutuhan masyarakat dan potensi lokal dalam mengelola sumber daya air secara berkelanjutan, menuju Bojonegoro yang makmur dan membanggakan. (PRD/RJ1)







