SIDOARJO (RadarJatim.id) — Niatkan diri untuk menjadi penghafal Al Qur’an merupakan sebuah proyek yang tidak mengenal kegagalan. Tahap demi tahap dilaluinya dengan lancar. Namun juga harus dilalukan secara total, habis-habisan serta dukungan kuat orang tua dan pihak Pondok Pesantren Darul Fikri Sukodono Sidoarjo.
Oleh karena itu, saya akan membagikan pengalamanku, keinginanku menjadi penghafal Al-Qur’an yang sudah tertanam sejak kecil, agar memotivasi teman-teman yang lain.
Perjalananku menghafal Al-Qur’an dimulai sejak duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar. Setiap hari aku menghafal sedikit demi sedikit kemudian disetorkan ke Abi (Hermawan). “Hingga aku lulus dari bangku sekolah dasar, aku sudah berhasil menghafal juz 30 dan setengah dari juz 29,” ungkap Shafanisa’ Atha Kamila santri kelas XII Azhary B MA Darul Fikri Sukodono Sidoarjo.
Remaja kelahiran Sidoarjo, 14 Nopember 2006 ini menceritakan, setelah mengenyam pendidikan sekolah dasar, melanjutkan studi di Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Darul Fikri Sidoarjo. Di sana, keinginanku untuk menjadi penghafal Al-Qur’an lebih kuat. Khatam setoran 30 juz merupakan impian terbesarku saat itu. “Dukungan moral dan support dari orang tua serta orang-orang terdekat sangat berarti bagiku, karena dengan itu semangatku akan bertambah tiap harinya,” cerita peraih Juara 2 Tahfizh Juz 1 Kategori SMP/MTs SMA/MA se Jawa Timur.
Lanjutnya, saat duduk di bangku kelas 9, pondok pesantrenku mengadakan sebuah program bernama Takhassus, yang mana program ini diperuntukkan bagi santri yang sudah memiliki jumlah hafalan minimal 10 juz dan difokuskan untuk khatam 30 juz.
“Aku pun sangat bersyukur karena menjadi salah satu bagian dari 25 santri yang terpilih untuk mengikuti program takhassus ini, aku semakin terpacu untuk terus berusaha dan berjuang habis-habisan membuang rasa malas untuk menyelesaikan hafalan. Setelah beberapa bulan aku melewati masa takhassus ini, alhamdulilah akhirnya aku bisa menyelasaikan setoran 30 juz Al-Qur’an. Rasa haru dan bahagia kerap kurasakan saat itu, sebab semua usaha dan perjuangan yang kulakukan tidak ada yang sia-sia,” ungkapnya lega.
Tamat dari pendidikan sekolah menengah pertama, ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan aliyah di tempat yang sama, yaitu di Pondok Pesantren Darul Fikri Sidoarjo. Di bangku aliyah ini, aku mempunyai cita-cita untuk mentasmi’ kan seluruh hafalanku. “Semenjak duduk di kelas 10, mengharuskan diriku untuk memuroja’ah hafalan sehari minimal 3 juz, ditambah lagi dengan sering mengikuti musabaqah tahfizh Al-Qur’an akan membantuku untuk memperbaiki kualitas bacaan dan hafalan yang sudah aku miliki,” katanya pada (28/12/2024) pagi.
“Alhamdulillah atas izin Allah di tahun ke-3 SMA sudah berhasil mentasmi’ kan seluruh hafalanku selama 3 hari berturut-turut, mulai dari pagi hari hingga siang hari. Semua pencapaian ini tidak lepas dari do’a dan dukungan kedua orang tua, guru, dan teman-teman semua,” kenang juara harapan 1 MHQ 5 juz Islamic Festival FE Unesa 2023 kategori SMA/MA.
Ia juga berpesa untuk teman-teman yang sedang berjuang menghafal Al-Qur’an. “Kalau menghafal Al-Qur’an adalah proyek yang tidak mengenal kegagalan, karena keberhasilannya tidak diukur dari selesai atau tidaknya 30 juz, tetapi dari kesungguhan hati dalam mencintai dan mendekatkan diri kepada Al-Qur’an. Setiap ayat yang diulang sudah dihitung sebagai pahala, setiap usaha adalah ibadah, dan setiap kesulitan menjadi jalan penghapus dosa,” pesan peraih medali emas Bidang Bahasa Arab dalam Festival Olimpiade Islami Nasional 2.0.(mad)
