SIDOARJO (RadarJatim.id) — Ratusan pelajar Jenjang VII SMPIT Insan Kamil, Sidoarjo telah melalukan kegiatan inovatif “Wisata Belajar Terintegrasi” di Banyuwangi selama 4 hari. Kegiatan belajar dimulai dari hari Selasa 27 Februari hingga Kamis 29 Februari 2024, sebanyak 129 siswa eksplorasi keberagaman dan kekayaan alam serta budaya yang merangkul sejumlah destinasi di Banyuwangi.
Hal ini menjadi tempat yang menarik untuk bahan edukasi siswa. Dari Bansring hingga Suku Osing, program WBT ini menjadi jembatan antara wisata, pendidikan, dan pelestarian warisan lokal.
Desa Bansring dengan keindahan alam di dasar laut yang memukau, menjadi titik awal dalam penjelajahan wisata belajar terintegrasi. Para siswa diajak untuk transplantasi terumbu karang serta menyelami keindahan bawah laut tepatnya di Rumah Apung Bansring sambil memahami ekosistemnya dan peran penting dalam konservasi lingkungan.
Dinas Budaya dan Pariwisata Banyuwangi menjadi titik kedua dalam eksplorasi wisata belajar terintegrasi. Melalui kunjungan museum ijen geopark, pusat geologi dan informasi geopark, serta materi dari Bidang Pemasaran para siswa kaya akan informasi. Mulai dari pelestarian warisan budaya, keajaiban wisata alam, sejarah, dan keanekaragaman hayati di Banyuwangi.
Kepala Bidang Pemasaran Bapak Ainur Rofik dalam pidatonya, menyatakan komitmen dinas budaya dan Pariwisata Banyuwangi terus mengembangkan konsep-konsep inovatif dalam pariwisata yang memberikan manfaat bagi masyarakat setempat, serta pengunjung turut penyertaan pelestarian keberagaman alam dan budaya.

Ustaz Fathur Rohman selaku Kepala Sekolah turut serta mengutarakan kegiatan siswa program ini memang dilakukan setiap tahun. Konsep ini mengacu pada kurikulum IB (Internasional Baccalaureate) yakni mengajak siswa untuk berpikir seta menjadi bagian dalam menjaga kelestarian dan keberlanjutan alam. “Oleh karena itu, selanjutnya para siswa kami melanjutkan belajarnya di Taman Nasional Baluran untuk menyelami keajaiban alam sekaligus memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang ekosistem, konservasi, dan keberlanjutan lingkungan,” jelas Fathur Rohman.
Ia katalan salah satu aspek utama dari wisata belajar terintegrasi di Baluran ini adalah program “Jejak Alam”. Para siswa diajak untuk menjelajahi keindahan alam yang menakjubkan dari savana, hutan mangrove, hingga pantai yang eksotis. “Selama perjalanan, mereka dipandu oleh guide yang berpengalaman untuk memahami dinamika ekosistem serta pentingnya menjaga keseimbangan alam,” katanya.
Pada hari terakhir, rombongan siswa melanjutkan ke Kebun Kopi Lego untuk eksplorasi budidaya kopi di Desa Gombengsari sekaligus memahami budaya dan kehidupan masyarakat Suku Osing di Desa Kemiren. Eksplorasi “Jejak Kopi dan Warisan Suku Osing” membawa para siswa dalam perjalanan budidaya kopi yang memikat sambil meresapi kebudayaan dan kearifan lokal Suku Osing yang unik.
“Dengan konsep wisata belajar terintegrasi yang melibatkan Bansring, Dinas Budaya Pariwisata, Baluran, Kebun Kopi, dan Suku Osing, Banyuwangi untuk memberikan pengalaman belajar observasi, konservasi, dan memberikan solusi secara langsung yang mengesankan dan bermakna bagi para siswa,” ungkap Ustaz Mustofa selaku Ketua Pelaksana.
“Saya dan kawan-kawan tentunya sangat senang bisa belajar di luar kelas seperti ini. Banyak pengalaman yang kami dapatkan tentang kekayaan alam di Banyuwangi ini,” ungkap Fatih salah satu siswa.(mad)







