LAMONGAN (RadarJatim.id) — SRMA (Sekolah Rakyat Menengah Atas) 25 Lamongan mengadakan Forum Group Discusion Perintisan Majalah Sekolah. Sebagai sekolah berbasis asrama, tentu tantangan untuk melahirkan suatu karya apalagi berupa majalah atau buku bukan pekerjaan mudah.
Untuk itu, inisiatif FGD dilangsungkan dengan menghadirkan Aditya Akbar Hakim, penulis buku, pendidik, dan praktisi literasi yang salah satunya bukunya telah beredar dan terbit di Malaysia, pada (23/10/2025) pagi.
“Ini memang pertama kali, kami mengumpulkan anak-anak yang punya minat tinggi di bidang jurnalistik. Sebelumnya sama sekali belum ada kegiatan. Jadi, Pak Adit yang hadir ke sekolah kami, adalah pemicu agar geliat literasi di SRMA 25 Lamongan benar-benar terwujud secara nyata, dirasakan oleh semua siswa,” terang Anis Al Aminatuf Wardian Sari, SST,Par.,M.Par, Kepala SRMA 25 Lamongan dalam sambutannya.
FGD yang dihadiri sekitar 20 an siswa dari total 75 murid Sekolah Rakyat yang baru resmi dibuka oleh Menteri Sosial Republik Indonesia pada Agustus kemarin itu. Ternyata berhasil melahirkan upaya konkrit berupa ide penerbitan majalah sekolah. Bahkan ditargetkan pada Desember mendatang majalah tersebut bisa rilis secara resmi beredar ke semua kalangan.
Kedahsyatan kata-kata itu niscaya, jangan remehkan tulisan tangan Anda. Meski tinggal di asrama dan tanpa boleh pegang bawa HP. Justru ini ajang pembuktian, Anda semua adalah pioner dan jadi agen pengusung optimisme dari keterbatan bisa beralih jadi kebermanfaatan yang meluas ke berbagai pihak.
“Majalah apalagi buku adalah artefak peradaban yang jadi penanda dari adanya pemikiran jejak abadi selamanya” ujar Aditya Akbar, pria yang sehari-harinya merupakan Pendidik SMA Negeri 2 Lamongan ini.
Mengawali sekaligus mewujudkan suatu ide yang sebelumnya belum pernah ada, tentu butuh kesungguhan totalitas tanpa batas. Jika melihat antusiasnya para siswa, kepala sekolah, dan guru. Majalah sekolah bukan lagi mimpi, tinggal soal waktu pastinya terbit. Disusul kemudian buku-buku tulisan siswa, guru, dan kepala sekolah.
Melalui buku dan karya, kualitas lembaga terus meningkat secara simultan berkelanjutan. Reputasi plus kiprahnya makin disegani di lirik masyarakat. Bonus besarnya, tamu-tamu juga banyak yang ingin datang berkunjung ke SRMA 25 Lamongan, untuk sinau atau belajar tentang bagaimana membangun ekosistem literasi di tengah stigma apabila SR tempat sekolahnya anak-anak kurang mampu dan miskin yang mungkin nihil kemampuan berkarya.(mad)







