SIDOARJO (Radarjatim.id) — Asupan nutrisi merupakan hal penting dalam kebutuhan tumbuh kembang manusia. Namun, masih banyak yang belum mengerti bagaimana mengatur pola makan yang baik. Melihat kondisi tersebut SMA Islam Parlaungan Waru Sidoarjo turut serta dalam menyemarakkan peringatan hari gizi dengan cara memberikan penyuluhan dan praktik baik lainnya.
Banyak sekolah yang mewajibkan siswanya untuk membawa bekal makanan empat sehat lima sempurna, untuk makan pagi bersama dengan tujuan membiasakan siswa sarapan dan mengonsumsi makanan yang sehat. Seperti yang telah dilakukan para siswa-siswi SMA Islam Parlaungan, pada (9/5/2023) melakukan penyuluhan praktik baik, edukasi gizi seimbang.
Sebelum menyantap hidangan yang telah disiapkan dari rumah. Mereka diberikan pemaparan mengenai gizi seimbang yang berdampak bagi tumbuh kembang. Serta tips – tips menu sehat harian yang bisa di coba di rumah.
Kegiatan dibuka oleh Ustadzah Anik Zulifah S. Psi selaku moderator dan dilanjut pemaparan materi oleh Ust. Slamet S. Si selaku guru biologi yang juga sebagai kepala SMA Islam Parlaungan di Brebek Waru Sidoarjo.
Ustad Slamet menyampaikan kalau gizi bisa mempengaruhi tiga aspek penting dalam kemajuan sebuah negara, yakni intelektualitas, taraf kesehatan dan produktivitas kerja. Adapun takaran yang tepat dalam porsi makan sesuai dengan kebutuhan kita. Rata-rata kebutuhan gizi karbohidrat untuk orang dewasa yakni antara 300-500 gram karbohidrat sehari atau setara dengan 3 sampai 5 piring nasi. “Untuk konsumsi sayur dan buah-buahan antara 200-300 gram sehari atau setara 2-3 mangkuk. Untuk protein bisa dihitung sendiri, yakni 2 gram untuk tiap kilo berat badan kita,” sampainya.

Dalam sesi tanya jawab, para siswa antusias menanyakan berbagai hal seputar gizi seimbang dan tips-tips nya. “Ustadz jika gizi itu sangat penting bagi kemajuan sebuah negara, lantas mengapa di beberapa negara maju masih banyak orang yang mengalami obesitas ?” tanya Afrizal siswa kelas XI 1.
Seluruh peserta tertegun dan tertarik dengan pertanyaan yang muncul tersebut. Pertanyaan itu ditanggapi positif dengan tepuk tangan dari siswa. Menurut Ustad Slamet dii negara maju sekalipun masih ada beberapa kelompok masyarakat yang kurang memahami pentingnya gizi seimbang. Sehingga bisa mengalami malnutrisi yang menyebabkan obesitas, tetapi hal tersebut tidak terlalu berpengaruh karena budaya dan etos kerja tinggi yang sudah terbentuk di negara tersebut. “Dan mungkin saja, hanya sejumlah kecil saja warga yang mengalami malnutrisi. Malnutrisi adalah kondisi dimana seseorang kelebihan atau kekurangan nutrisi,” ungkapnya.
Ternyata kegiatan sederhana, seperti sarapan bersama memiliki banyak manfaat bagi siswa, bukan hanya dari segi asupan nutrisi. “Dengan berkumpul menyantap hidangan bersama. Ada berbagai macam praktek baik yang terjadi, mulai dari berbagi makanan, bertukar lauk, dan kegiatan lain yang membangun kebersamaan antar individu dengan individu lainnya,” pungkas Ustad Slamet.
“Sebenarnya seru kalau tiap jari bisa sarapan bareng kayak gini,” ujar Maslicha salah seorang siswa SMA Islam Parlaungan.
Akan tetapi budaya membawa bekal sehat rutin dilakukan hanya oleh beberapa siswa saja. Banyak yang kesulitan menyiapkan bekal untuk dibawa sekolah dengan berbagai alasan dan kendala. Mulai dari bangun pagi yang sering terlambat, hingga orang tua yang terlalu sibuk sampai tidak bisa menyiapkan sarapan dan juga bekal bagi anaknya. “Kami harap kesadaran akan gizi seimbang yang sudah ditanamkan ke siswa-siswi kita bisa ditularkan juga ke orang terdekat mereka seperti keluarga,” ujar salah seorang guru di SMA Islam Parlaungan.(mad)
Penulis : Abid Billah, kelas X







