Oleh Mahfudz Efendi
SD Alam Muhammadiyah Kedanyang (SD Almadany) Kebomas, Gresik, Jawa Timur, terus berkembang dan berinovasi. Salah satu inovasi terbarunya adalah mengubah tradisi pembagian rapor menjadi sesuatu yang lebih bermakna, yaitu Student-Led Conference (SLC).
Dalam SLC, sekolah memberikan panggung kepada peserta didik untuk berbicara saat penerimaan rapor. Mereka berdiri di depan orang tua masing-masing, dengan portofolio belajar di tangan. Siswa menjelaskan perjalanan mereka sepanjang semester. Tidak lagi hanya angka yang berbicara, tetapi juga cerita perjuangan di balik angka itu. Anak-anak ini mengungkapkan tantangan apa yang mereka hadapi dan bagaimana mereka mengatasinya dengan strategi yang mereka pilih sendiri.
Di SD Almadany, SLC diberi label kegiatan sebagai Almadany Students Achievement Report (ASAR). Guru tidak lagi mendominasi penjelasan kepada orang tua/wali murid. ASAR memberikan panggung penuh kepada peserta didik untuk berbicara tentang perjalanan belajarnya. Dengan penuh percaya diri, mereka menyampaikan capaian, refleksi, hingga rencana ke depan, langsung kepada orangtua mereka.
Dahulu, suasana ruang kelas pada hari pembagian rapor begitu menjemukan. Pemandangan yang sering kita temui adalah anak-anak duduk diam, mendengarkan wali kelas berbicara kepada orangtua mereka. Mata mereka mungkin berbinar ketika nilai tinggi disebutkan, atau justru menunduk malu saat angka yang kurang memuaskan terungkap.
Dalam momen itu, mereka hanya menjadi objek, penonton dalam cerita mereka sendiri. Tidak ada ruang untuk suara peserta didik, apalagi untuk menceritakan perjuangan di balik nilai yang tertulis di kertas rapor. Namun, kini tradisi itu mulai berubah. Dengan penerapan ASAR, pembagian rapor menjadi momen yang hidup dan penuh makna.
Salah satu keajaiban ASAR adalah bagaimana anak-anak ini belajar merefleksikan diri. Mereka tidak hanya menceritakan hasil, tetapi juga proses, dari kegagalan hingga keberhasilan.
Maka, pada Jumat (19/12/2025), Akifa Nila Puspita, salah satu siswa kelas VI berbicara tentang betapa sulitnya memahami materi Matematika di awal semester, tetapi kemudian menunjukkan bagaimana kerja kerasnya membuahkan hasil di pertengahan semester.
“Meskipun nilai matematika saya tidak terlalu bagus, tapi saya mencoba membuktikan kepada mama jika saya bisa mengerjakan soal,” ujarnya di depan mamanya, Rizky Nikmatus.
Dalam proses ini, mereka belajar tentang tanggung jawab, kejujuran, dan kebanggaan atas usaha mereka sendiri. Melalui ASAR, peserta didik juga menjadi lebih percaya diri. Momen ini memberi mereka kesempatan untuk berdialog langsung dengan orangtua dan guru dalam suasana yang setara.
Bagi orang tua, ini adalah pengalaman yang mengharukan dan mendalam. Mereka melihat anak-anaknya tidak hanya sebagai penerima hasil belajar, tetapi sebagai subjek yang aktif, penuh inisiatif, dan bertanggung jawab atas perjalanan pendidikan mereka sendiri. Inilah makna sejati dari sebuah rapor yang hidup, rapor yang bukan hanya sekadar dokumen, tetapi juga cerminan jiwa seorang pembelajar.
Di SD Almadany, ASAR menjadi bagian dari upaya besar untuk menerapkan pembelajaran berbasis murid. Program ini dimulai dengan melibatkan peserta didik sejak awal semester. Mereka menetapkan tujuan belajar bersama guru, memonitor progres, dan menyusun portofolio yang mencakup hasil kerja, refleksi, serta rencana ke depan. Meskipun saat terima rapor semester ganjil ini, masih dimulai di kelas VI.
“Saya awalnya gugup banget,” cerita Vanza Oktalisa Hariyadi setelah ASAR pertamanya. “Tapi begitu mulai bicara, saya merasa bangga bisa menjelaskan semuanya langsung ke Mama. Mereka bilang mereka jadi ngerti usaha saya di sekolah,” ungkapnya.
Orang tua pun merasakan manfaatnya. Salah satu orang tua siswa Thriesia Vebriana, ST, menyatakan, “Rasanya berbeda sekali. Mendengar anak kami berbicara langsung membuat kami lebih paham apa yang dia alami di sekolah. Kami jadi tahu bagaimana cara mendukungnya di rumah.”
Ada orang tua yang memberikan penguatan untuk putrinya yang tengah menangis melaporkan hasil usahanya.”Nilai dan peringkat kelas kamu memang turun, tapi papa tau kamu sudah berusaha dan banyak kegiatan yang menyita waktumu, ke depan papa ingin kamu lebih semangat belajar dan harus lebih baik lagi,” ujar Kuatno, papa Almira Mutia Maritza Altaf.
Rina Julaikah, mama dari Aisyah Kamila Putri Ahsan, turut berpendapat program baru ini. Dikatakan, ASAR adalah program terbaru SD Almadany yang begitu luar biasa. Ini belum pernah ada di sekolah lain sepanjang pengetahuannya.
“Pokoke hebat SD Almadany,” ungkapnya.
SLC atau ASAR Almadany ini bukan hanya milik SD Almadany. Banyak sekolah di Indonesia, terutama yang menerapkan Kurikulum Merdeka, mulai menggunakan pendekatan ini. Selain meningkatkan keterlibatan peserta didik, SLC juga memperkuat komunikasi antara sekolah dan keluarga.
Kepala SD Almadany, Lilik Isnawati, SPd, MPd, menyampaikan, ASAR Almadany ini adalah langkah nyata menuju pendidikan yang benar-benar berpusat pada murid. Dengan melibatkan peserta didik dalam setiap tahap pembelajaran —dari perencanaan hingga evaluasi— pendidikan menjadi lebih dari sekadar transfer pengetahuan. Pendidikan menjadi ruang bagi anak-anak untuk belajar bertanggung jawab, percaya diri, dan mandiri.
Maka, saat kita melangkah ke masa depan pendidikan, mari kita tinggalkan tradisi lama yang membuat peserta didik pasif. Saatnya memberi mereka suara, karena suara mereka adalah bukti bahwa pendidikan tidak hanya tentang angka, tetapi juga tentang perjalanan membangun karakter. (*)
*) Mahfudz Efendi, SPd, Gr, MM, Waka Sarana Prasarana dan Guru Kelas VI SD Almadany .






