Oleh Moh. Husen*
Tatkala merasa terdesak dan mengalami jalan buntu, siapa saja bisa secara subjektif meyakini, bahwa tindak kejahatan yang dilakukan, misalnya saja berbisnis sabu-sabu, merupakan satu-satunya jalan keluar bagi problem yang tengah dialami.
Tak hanya bisnis sabu, bisa saja misalnya, memakan hak orang miskin, penyelewengan kekuasaan dan aset negara, korupsi, serta berbagai macam pencurian, pemerasan, kekejaman, ketidakadilan, hingga apa pun saja jenis tindak kejahatan lainnya.
“Saya terpaksa melakukan ini karena tak ada lagi pilihan,” kata Mr. Subjektif.
Apakah mereka yang mengaku terpaksa itu tidak mengetahui konsekuensi atas tindakannya? Tentu tahu. Tapi, sekali lagi, secara subjektif mereka mengaku terpaksa.
Ya sudah, atas tindakan mereka yang sudah jelas terbukti, konsekuensinya adalah mendapatkan ganjaran sesuai dengan hukum yang berlaku di negeri ini.
Jika kita berada di posisi problem buntu yang sama dengan mereka, saya secara pribadi masih percaya, bahwa tidak semua orang yang terpojok belum tentu akan melakukan hal yang sama.
Kalau boleh belok sedikit: sama-sama butuh uang, saya belum tentu berani nekat mendaftarkan diri menjadi bacaleg dengan mental spekulasi ala penjudi: mbok menowo atau siapa tahu kelak saya benar-benar terpilih jadi DPR, gaji saya bertambah, kebutuhan bisa tercukupi.
Daftar bacaleg saja saya tidak berani, apalagi jual sabu-sabu.
Namun sebenarnya kenapa mereka melakukan tindak kejahatan? Apa karena kefakiran ekonomi? Pergaulan? Eksistensi? Apa karena sudah kaya, tapi belum kaya di atas kaya? Bukankah meskipun kita sudah kaya, tapi kalau belum jadi raja, orang masih saja berani memandang rendah kita?
Tentu banyak faktor. Bukan hanya faktor ekonomi belaka. Dan jangan lupa, iklim atau suhu sosial yang buruk atau contoh-contoh keburukan, keangkuhan, kebodohan dan kekonyolan yang begitu nyata hadir di depan mata kita, turut memengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan.
Maka, kalau memakai bahasa Quran: selain kita beriman kepada Allah, hendaknya kita menciptakan iklim sosial dengan saling melakukan perbuatan baik, saling menasihati atau berdiskusi dengan benar terhadap problem sosial yang ada, serta dengan kesabaran mencari solusi demi keselamatan bersama. {*}
Banyuwangi, 25 Juni 2023
*) Catatan kultural jurnalis RadarJatim.id, Moh. Husen, tinggal di Banyuwangi, Jawa Timur.







