GRESIK (RadarJatim.id) — Dalam setahun, petani Desa Petung, Kecamatan Panceng, Gresik, Jawa Timur kehilangan panen semusim. Itu terjadi karena yang mestinya bisa menanam dan panen hingga tiga kali, karena sulitnya mendapatkan air saat kemarau, petani hanya bisa menanam dan panen cuma dua kali.
“Setahun hanya bisa panen jagung dua kali. Karena ketika musim kemarau, sekitar empat bulan tidak ada air. Jadi tidak bisa tanam. Tani di sini tadhah udan,” ujar Askuwan (62), petani Desa Petung saat ditemui di sawahnya, Minggu (19/1/2025).
Menurut Askuwan, problem air tersebut sudah terjadi bertahun-tahun dan belum ada solusi. Pernah ada program sedot air dari Bengawan Solo oleh perusahaan swasta di Panceng, tapi belum berhasil. Akibat kondisi tersebut, Askuwan dan petani lain di desanya kehilangan pendapatan sekali panen.
“Pendapatan sekali panen sekitar Rp 10 juta, tidak termasuk ongkos kerja. Karena mulai tanam, merawat sampai panen saya kerjakan sendiri,” katanya.
Apa yang dialami Askuwan juga dialami petani lain di beberapa desa di Kecamatan Panceng. Karen itu, Askuwan dan petani lin di desanya menyambut baik program Presiden Prabowo dengan memperhatikan pertanian.
“Saya senang dengan program Pak Prabowo memperhatikan pertanian. Semoga urusan pengairan di sini bisa segera diatasi, sehingga setahun bisa panen tiga kali,” katanya seraya berharap, harga jagung jenis NK 212 yang saat ini Rp 450.000 per kwintal, bisa naik menjadi Rp 500.000 per kwintal. (fai)






