SURABAYA (RadarJatim.id) – Skincare berbahan natural semakin digandrungi masyarakat utamanya anak muda. Selain cantik, skincare natural dinilai lebih aman digunakan dalam jangka waktu yang lama.
dr. Daniel Widiyanto SpAnd mengungkapkan, meski hasil yang diinginkan tidak instan, namun skincare berbahan alam dapat mengatasi berbagai permasalahan kulit dengan minim resiko.
“Iya, memang sekarang banyak yang pilih skincare bahan natural. Masyarakat juga sudah lebih open minded terhadap bahan yang digunakan untuk skincare mereka,” ungkap owner Facena Beauty Clinic tersebut.
Menurutnya, saat ini pun sudah banyak skincare berbahan natural yang beredar di pasaran. Namun kebanyakan bahan-bahannya berasal dari luar negeri seperti sakura, chamomile, dan sebagainya. “Padahal, banyak bahan-bahan alam berasal dari Indonesia yang bisa digunakan untuk merawat kecantikan,” ujarnya.
Daniel sendiri menciptakan skincare berbahan alam lokal Indonesia, seperti yang mengandung lidah buaya, kelapa, dan sebagainya. “Formulanya saya buat sendiri dengan bahan-bahan yang ditanam di Indonesia, benar-benar dalam negeri. Kelapa misalnya, Indonesia punya pohon kelapa yang banyak. Ini yang saya olah menjadi skincare,” urainya.
Daniel menerangkan, kandungan dalam kelapa bisa digunakan untuk melembabkan kulit. Dalam hal ini, ia menjadikannya sebagai bahan milk cleanser. Ada juga skincare kandungan lemon yang sudah dikenal untuk mengelupas dan mengangkat sel-sel kulit mati. “Ada beberapa produk yang kami buat, mulai dari cleanser, toner, pelembab, serum, serta sunblock. Kami bagi ke dua varian yakni normal to dry dan oily,” terangnya.
Meskipun berbahan natural, Daniel menyarankan pasien untuk tetap berkonsultasi sebelum membeli skincare. Hal ini untuk menyesuaikan produk dengan kebutuhan serta karakteristik kulit. “Apalagi kondisi kulit yang kecanduan bahan berbahaya seperti merkuri, tidak bisa kalau hanya mengandalkan natural skincare. Harus ditangani dengan treatment,” katanya.
Di sisi lain, dalam pembuatan skincare ini, pihaknya berkolaborasi dengan sejumlah UMKM seperti untuk memperoleh bahan baku, packaging, sampai labeling. “Brand dalam negeri tidak kalah kok dengan produk luar. Jadi coba hilangkan mindset brand impor pasti lebih bagus dari brand dalam negeri,” pungkasnya. (Cintia/Red)




