SIDOARJO (Radarjatim.id) Bagaikan air tumpah dari bendungan ketika dibuka. Itulah gambaran yang terjadi di halaman SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo, pada (5/8/2022) sekitar pukul 14.30 Wib. Ribuan siswa dengan berpakaian tradisional telah berjubel antri di depan Gapura ‘Pasar Wisata Bedrek’ SMKN 1 Buduran.
Mereka sambil mata uang tradisional, dari sebuah potongan-potongan bambu dengan sabar menuggu pintu dibuka secara resmi oleh Kepala SMKN 1 Buduran Sidoarjo. Betul, begitu dibuka ribuan siswa langsung menyerbu jajanan tradisional yang sudah siap untuk diperjual belikan. “Bukan hanya makanan dan jajanan tradisional, mereka juga disuguhi mainan dan tari-tarian tradisional. Kegiatan ini adalah upaya kami menguri-uri budaya Jawi,” tutur Kepala SMKN 1 Buduran Sidoarjo, Dra. Agustina, M.Pd, sore tadi.
Menurutnya, nama Bedrek adalah cikal bakal Desa Siwalan Panji, tempat sekolah kita berada. Dusun Bedrek juga masih ada di Desa Siwalan Panji. “Memang awalnya banyak yang belum tahu dan bertanya nama Bedrek. Sekarang sudah mulai banyak yang tahu,” katanya.

Di areal pasar wisata Bedrek ini, juga diisi dengan permainan ataupun penampilan seni, yang semuanya serba Jawa tempo dulu. Pasar Wisata Bedrek yang diadakan seminggu sekali, diharapkan bisa lebih banyak menarik pengunjung dari masyarakat luas. “Kita berharap Pemkab Sidoarjo bisa memfasilitasi, agar Pasar Wisata Bedrek bisa dibuka di pinggir jalan depan sekolah setiap seminggu sekali. Agar masyarakat luas bisa menikmati,” harap Bu Agustin_sapaan akrabnya.
Aneka jajanan tradisional yang mungkin sudah sulit didapatkan di pasaran, bisa kita temukan di tempat ini. Seperti jajanan nogosari, lupis, lemet, cenil, getuk, dan aneka cemilan tradisional lain ada di pasar tradisional. Termasuk pula nasi pecel, sego lentho, urap-urap dan makanan tradisional lainnya juga ada. Sementara minuman yang disediakan seperti sinom, kencur dan aneka minuman tradisional lain.

Di Pasar Wisata Bedrek, semua makanan dan jajanan yang dijual, tidak boleh menggunakan bahan plastik. Makanan yang semuanya buatan siswa sendiri, harus dibungkus dengan daun. Ataupun bila menggunakan piring juga dari anyaman bambu.Demikian pula minuman yang dijual tidak menggunakan gelas atau bahan plastik, melainkan menggunakan bambu atau batok kelapa. Juga tidak ada panci berbahan logam, yang ada adalah kuali dari tanah liat.Pembeli yang ingin menikmati makanan dan minuman, juga harus menukarkan uang mereka terlebih dulu dengan koin bambu. Uang koin bambu itulah yang digunakan untuk bertransaksi. Satu koin bambu senilai Rp5 ribu.
Caca,17, salah satu siswa mengaku senang dengan adanya pasar ini. Sebab dia bisa mendapatkan jajanan yang sudah sulit didapatkan di pasar lainnya. “Seperti getuk ini, saya suka karena enak dan tanpa bahan pengawet. Sekarang tidak mudah lagi mencari jajanan getuk,” kata Caca.(mad)







