GRESIK (RadarJatim.id) — Plt. Bupati Gresik Aminatun Habibah menegaskan, lembaga pendidikan berbasis agama, yakni pondok pesantren (Ponpes) harus menjadi ruang aman dan nyaman bagi anak dalam menempuh pendidikan. Implementasinya, Ponpes harus bebas dari praktik kekerasan dan perundungan.
Hal itu disampaikan saat membuka advokasi dan inisiasi pencegahan kekerasan pada perempuan dan anak di Ponpes Tanbihul Ghofilin Al Mustofa, Desa Sidoraharjo, Kecamatan Kedamean, Gresik, Jawa Timur, Senin (18/11/2024).
Turut mendampingi Plt Bupati Gresik, di antaranya anggota DPRD Gresik Fraksi PKB, Nur Yahya Hanafi; Kepala Dinas Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KBPP PA) Gresik, Titik Ernawati, Camat Kedamean, Irwanto; juga Ketua Yayasan dan Pengasuh Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin Al Mustofa.
“Hadirnya anak-anak ini bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi juga tanggung jawab bersama masyarakat. Sinergi dan kolaborasi antara berbagai pihak ditekankan untuk mewujudkan pesantren yang bebas dari kekerasan dan bullying,” tegas Bu Min sapaan akrab Plt Bupati Gresik Aminatun Habibah.
Ia berharap, sosialisasi dapat meningkatkan pemahaman tentang perlindungan anak. Selain itu, sosialisasi sebagai komitmen bersama mengenai perlindungan anak di Kabupaten Gresik.
“Kegiatan advokasi dan inisiasi pencegahan kekerasan pada perempuan dan anak ini sudah dilaksanakan di beberapa tempat. Maksud dari Pemkab Gresik, yaitu meminimalisir kekerasan pada anak agar tidak terjadi di kota santri (sebutan Kota Gresik, Red),” harapnya.
Selain itu, lanjut Bu Min, diperlukan komitmen bersama, baik pendidik, pimpinan, pengasuh, dan santri, bahwa pendidikan berasrama berbasis agama ini harus memberikan ruang aman dan nyaman bagi anak dalam menempuh pendidikan.
“Upaya ini untuk memperkuat orientasi dan komitmen para pihak dalam rangka memajukan, memenuhi, melindungi serta menghormati hak-hak anak,” tandasnya.
Bu Min menambahkan, para guru diharapkan bisa memiliki kedekatan hubungan emosional yang lebih terhadap para santrinya. Pada gilirannya, proses transfer ilmu yang dilakukan oleh guru dapat berjalan dengan lancar.
“Anak-anak adalah masa depan kita, dan perempuan adalah tiang keluarga. Kita harus memastikan, bahwa mereka terlindungi dari segala bentuk kekerasan,” pungkasnya. (sto)







