GRESIK (RadarJatim.id) — Bagi kebanyakan umat Muslim, perayaan hari raya Idul Adha menjadi pemandangan yang lumrah dan selalu berlangsung dari tahun ke tahun. Tetapi, bagi keluarga besar anak jalanan yang sehari-hari “berprofesi” sebagai pengamen, pengemis, juga pemulung, tentu menjadi momen luar biasa dan langka.
Itulah yang nampak pada puluhan keluarga anak jalanan (anjal) yang sehari-hari tinggal di bedak-bedak sederhana di area Terminal Gubernur Suryo Gresik, Jumat (6/6/2025). Kolaborasi para pegiat sosial bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Gresik, Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF), Nurul Hayat (NH) Gresik dan Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Gresik menjadikan suasana di kawasan kumuh ini ikut larut dalam meriahnya perayaan Idul Adha 1446 Hijriyah tahun ini.
Selama puluhan tahun orang-orang pinggiran ini hidup di bedak-bedak sederhana dan dalam kondisi apa adanya di dalam area Terminal Gubernur Suryo Gresik. Tetapi, mereka nyaris belum tersentuh oleh “tangan-tangan dingin” untuk bisa menikmati euforia hari raya Idul Adha sebagaimana layaknya masyarakat umum. Tercatat, sejak mereka tinggal dan hidup di kawasan tengah kota pudak ini, baru dua tahun terakhir mereka bisa merayakan Idul Adha.
“Tahun kemarin ada empat ekor kambing yang bisa disembelih dan dibagikan kepada warga di sini. Alhamdulillah, hari ini bisa lima ekor kambing. Moga-moga pada tahun-tahun yang akan datang Allah kembali memberikan kesempatan kepada saudara-saudara ini untuk kembali merayakan Idul Adha dan bisa meyembelih hewan kurban dengan jumlah yang lebih banyak,” ujar Suhartoko, anggota Komisi Dakwah MUI Gresik yang mendampingi langsung keluarga anjal, seusai sholat Idul Adha, yang diamini Pembina Anjal Terminal Gubernur Suryo, Ali Sugiarto.
Dikatakan, kelima kambing yang disembelih dan dibagikan langsung kepada puluhan keluarga keluarga di area Terminal Gubernur Suryo ini merupakan sumbangan dari Nurul Hayat Cabang Gresik (3 ekor) dan 2 ekor lainnya dari YDSF. Sebelum melakukan penyembelihan hewan kurban, mereka makan bareng-bareng di atas tikar seusai sholat Idul Adha.

Di area ini, pada Jumat (6/6/2025) pagi diselenggarakan sholat Idul Adha dengan imam dan khatib kiai muda yang juga Mudir Pondok Pesantren Refah Islami, KH Farid Dhofir, Lc, MSi. Seusai sholat Idul Adha, lima ekor kambing itu disembelih dan langsung didistribusikan kepada warga penghuni terminal di tengah kota Gresik ini. Di kawasan ini, setidaknya tinggal 21 keluarga dengan total penghuni lebih dari 60 jiwa.
Sehari-hari, aktivitas mereka adalah mengamen, mengemis, memulung barang bekas, dan sebagian kecil berjualan jajanan. Asal mereka dari beberapa daerah, seperti Lamongan, Tuban, Bojonegoro, Lumajang dan beberapa daerah lainnya. Di kawasan ini, mereka seperti terbentuk dalam ikatan keluarga besar yang sama-sama hidup di jalanan, baik yang dewasa maupun anak-anak.
Secara ekonomis, mereka hidup dalam kondisi pas-pasan dan di kawasan tersebut tidak ada air bersih dan fasilitas MCK. Untuk keperluan mandi, mereka harus membeli air gledekan dengan harga Rp 2.000 per jerigen. Air itu untuk keperluan masak. Sementara untuk mandi dan buang air besar (BAB) mereka ke ponten umum berbayar di kawasan pasar yang bersebelahan dengan terminal di mana mereka tinggal.
Melihat kondisi tersebut KH Farid Dhofir berpesan, agar mereka besabar dan terus berdoa agar Allah, Tuhan Yang Maha Penyayang segera mengubah dan memperbaiki kondisi kehidupan mereka. Selain itu, ia minta agar mereka tidak meninggalkan sholat dan mengaji Al Quran.
“Yang namanya hidup, baik yang enak maupun tidak enak, mampu atau tidak mampu, itu tidak selamanya, ada terminalnya. Karena itu, jangan terlalu menjadi beban. Ya, beginilah hidup. Kita jalani saja dengan terus bersandar pada Allah SWT. Saya pesan kepada anak-anak agar diberi ruang untuk belajar, sekolah dan mengaji. Masa depan anak-anak ini masih panjang. Kalau kita, mungkin sebentar lagi akan meninggal,” ujar Kiai Farid yang juga sempat membagi-bagikan sejumlah uang kepada anak-anak jalanan yang ikut sholat Idul Adha. (har)







