Oleh: Muzakki
Musyawarah Daerah (Musda) VI Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT) telah rampung dilaksanakan, pada (15/6/2025) di Great Diponegoro Hotel Surabaya. Seluruh rangkaian acara yang berlangsung intensif sejak 13 Juni berjalan dengan lancar dan kondusif, menghasilkan sejumlah rekomendasi krusial yang diharapkan menjadi fondasi kuat bagi DKJT dalam memajukan kebudayaan Jawa Timur.
Musda VI menyepakati perubahan signifikan pada struktur organisasi DKJT, dipimpin oleh Presidium Kolektif berjumlah 7 orang untuk memastikan representasi yang lebih luas, termasuk dari 5 Bakorwil dan 10 subkultur seni budaya Jawa dan Madura.
Struktur kesekjenan juga diperkuat, dengan divisi Komite fokus pada bidang seni spesifik dan Departemen mengurus fungsi administratif serta operasional, termasuk Departemen khusus untuk melaksanakan 10 Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK).
Musda VI tidak hanya melahirkan rekomendasi strategis, tetapi juga memilih tujuh anggota Presidium baru yang akan memimpin DKJT periode 2025-2030.
Mereka adalah Christman Hadi, Arim Kamandaka, Luhur Kayungga, Eko Suwargono, Nonot Sukrasmono, Suroso, dan Imam Mubaroq. Para Presidium terpilih ini akan melanjutkan estafet kepemimpinan kolektif yang telah diterapkan sejak periode 2020-2025, yang diharapkan mampu membawa DKJT menuju tata kelola organisasi yang lebih efektif dan demokratis dalam upaya memajukan seni dan budaya di Jawa Timur.
Peran Penting Nahdlatul Ulama dalam Pengembangan Seni Budaya Jawa Timur
Kehadiran Nahdlatul Ulama (NU) memiliki dampak signifikan dalam ekosistem seni dan budaya Jawa Timur, baik melalui lembaga internalnya maupun kontribusi individu anggotanya. Organisasi keagamaan terbesar di Indonesia ini telah lama aktif dalam pelestarian dan pengembangan berbagai bentuk seni budaya, khususnya yang berakar pada tradisi Islam Nusantara.
Salah satu wadah utama keterlibatan NU dalam seni budaya adalah Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi NU). Lesbumi NU secara konsisten berupaya menghidupkan kembali seni tradisional, mendukung kreasi seni baru yang sesuai dengan nilai-nilai keislaman, serta menjadi jembatan antara komunitas seniman dengan masyarakat luas.
Mereka seringkali mengadakan berbagai kegiatan seperti pertunjukan seni, lokakarya, diskusi budaya, dan pameran yang tidak hanya melestarikan warisan budaya tetapi juga mendorong inovasi.
Dalam konteks Musda VI DKJT kali ini, peran NU semakin diperkuat dengan terpilihnya dua tokoh sentral dari lingkungan mereka sebagai anggota Presidium Dewan Kesenian Jawa Timur: Nonot Sukrasmono dan Imam Mubaroq.
Nonot Sukrasmono memiliki rekam jejak yang luar biasa, pernah menjabat sebagai Ketua Lesbumi NU selama lima periode, sebuah pencapaian yang menggarisbawahi komitmen dan pengaruhnya dalam melestarikan serta mengembangkan seni dan budaya yang berlandaskan nilai-nilai Islam Nusantara.
Peran ini menempatkannya sebagai jembatan penting antara tradisi keagamaan dan ekspresi seni kontemporer, memastikan kekayaan budaya lokal tetap relevan dan lestari.
Selain itu, keterlibatannya di DKJT sendiri sudah memasuki periode keempat, menempati posisi strategis mulai dari Komite Seni Rupa, Bendahara, dan kini dua kali menjabat sebagai Presidium DKJT.
Sementara itu, Imam Mubaroq, sebelumnya merupakan Wakil Ketua Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Nahdlatul Ulama Jawa Timur (2018-2023), menunjukkan keterlibatannya yang kuat dalam pengembangan seni dan budaya berbasis nilai-nilai keislaman.
Selain aktif di organisasi kebudayaan, Imam Mubaroq juga seorang Dosen Jurnalistik, Fotografi, dan Sinematografi di Universitas Islam Tribakti (UIT) Lirboyo Kediri
Keterlibatan aktif tokoh-tokoh NU dalam jajaran pimpinan DKJT ini menunjukkan komitmen Dewan Kesenian Jawa Timur untuk menjadi lembaga yang inklusif, merangkul seluruh elemen dan subkultur yang membentuk kekayaan budaya provinsi.
Hal ini memastikan bahwa pengembangan seni dan budaya di Jawa Timur akan berjalan dengan mengakomodasi beragam latar belakang, termasuk kontribusi signifikan dari Nahdlatul Ulama dalam melestarikan, menghidupkan, dan mengembangkan warisan budaya yang khas.
Dengan sinergi ini, diharapkan seni budaya Jawa Timur akan semakin maju dan menjadi representasi peradaban baru bagi Nusantara.*
*) Muzakki, adalah pengamat budaya dan mantan Sekretaris Lesbumi
CATATAN: Isi tulisan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulisnya.







