SURABAYA (RadarJatim.id) – Sebuah survei menunjukkan bahwa 87% mahasiswa Indonesia mengaku salah memilih jurusan. Kemudian sebanyak 92% siswa SMA ternyata masih bingung: setelah lulus nanti, saya mau menjadi apa ya?
Wakil Kepala Bidang Humas SMP-SMA SAIM: Isna Maslikha, S.Pd., memaparkan realitas getir tersebut dalam acara talkshow Future Pathways di SMP-SMA SAIM Surabaya, kampus east2, Jl. Keputih Tegal 52, Sabtu (13/9) siang. Hadir undangan para wali murid kelas 8 dan kelas 9.
Data itu sengaja diungkap untuk memberi alarm betapa pentingnya pembinaan karier semenjak dini bagi siswa. Oleh karena itu SAIM menempuh langkah inovatif, melakukan bimbingan karier dengan sungguh-sungguh. Mulai dari pemetaan potensi diri siswa, kelebihan dan kekurangan, bakat, minat, dan cita-cita siswa serta dikaitkan dengan peluang kerja masa depan termasuk dipadukan dengan harapan orang tua mereka masing-masing. Bina karier dilaksanakan sejak siswa duduk di bangku SMP kemudian berkelanjutan sampai di jenjang SMA.
“SAIM memang serius dalam mengawal rencana karier dan pilihan masa depan siswa. Contohnya, hari ini, kami mengadakan pertemuan sharing antara sekolah dengan wali murid kelas 8 dan kelas 9. Kami lakukan silaturahmi berkelanjutan dan berkolaborasi dengan orang tua untuk bersama mengawal siswa, membantu membimbing merancang masa depannya dengan fokus kepada keberbakatan dan pilihan cita-cita,” kata Kepala SMA SAIM, Kun Muchsinan, M.Pd., saat memberikan sambutan.
Dalam acara Future Pathways diisi forum sharing dengan orang tua, testimoni alumni SAIM, bentuk dukungan sekolah, dan eksplorasi potensi siswa. Hadir sebagai narasumber alumnus SD hingga SMA SAIM, Dyah Ratri Ardina Maharani, S.Par. MEntr (Enh), Muhammad Erza Satwika Narawangsa, alumnus SMA SAIM yang kini mahasiswa Ilmu Komunikasi Unair, Arya Satya Andhika Akbar alumnus SD sd SMA SAIM dan kini di Sistem Informasi Unair. Juga ada Tri Sulistyowati, SE, wali murid dari Hafizhan rafa Nasution, penerima golden ticket jurusan Arsitektur ITS.
Dalam testimoninya ketiga alumni tersebut mengaku sangat terbantu dengan adanya program bimbingan karier yang dilaksanakan di SAIM, sehingga mereka dapat merancang jalan hidupnya sendiri berdasar kesadaran atas potensi yang dimiliki.
“Sejak SD saya senang masak. Waktu SMP saya bikin kue di rumah, lalu pada jam istirahat saya minta izin ustaz/ustazah untuk diperbolehkan jualan ke kelas-kelas adik kelas,” kata Dyah Ratri (atau akrab dipanggil Aik) mengenang. Kini Aik telah lulus S2 Master of Entrepreneurship (Enhanced) Universitas Melbourne Australia.
Diakui seperti anak remaja umumnya, Aik sempat berpindah-pindah minat dan cita. Sempat tertarik bidang Fisika, terus kepingin jadi chef, tapi akhirnya menemukan passionnya di bisnis kuliner, dengan pertimbangan di dalamnya ada kegiatan memasak dan berjualan. Kini dirinya telah berprofesi menjadi dosen di Universitas Ciputra serta mengembangkan bisnis sambal dan hijab.
Psikolog sekolah SAIM Ust. Meutia Mega Syaputri, S.Psi, M.Psi memberikan penegasan bahwa kondisi labil pada diri remaja adalah hal yang lumrah. Oleh karena itu semua butuh proses yang dapat menuntun mereka menemukan jati dirinya sendiri yang khas.
“Di SAIM kami memberikan bimbingan dengan program-progam nyata. Antara lain program magang, siswa diberi kesempatan magang selama sebulan di tempat kerja yang sesuai bidang yang dicita-citakan. Anak-anak diajak mendaki gunung untuk melatih daya juang dan ketangguhan. Siswa SAIM juga belajar melakukan riset untuk mengasah berpikir kritis dan kreatif,” ujarnya saat memberikan closing acara.
Setelah sesi talkshow Future Pathways ditutup, acara masih berlanjut. Wali murid kelas 8 mengikuti tes psikologi RMIB (Rothwell-Miller Interest Blank). Sebuah tes minat yang mengukur kecenderungan minat seseorang terhadap berbagai bidang pekerjaan, yang berguna untuk keperluan konseling karier, penjurusan pendidikan, dan perencanaan profesi.
Sedangkan wali murid kelas 9 naik ke lantai 2, bersiap mendengarkan putranya masing-masing yang mempresensikan rencana karier dan tujuan masa depannya. Begitulah, SAIM memang bersungguh-sungguh dalam mendukung siswanya untuk menyiapkan masa depannya.
“Bagus acaranya, membuka kerangka berpikir,” kata Pak Pram, Ketua Forum Kelas 9, ayahanda dari Adam, yang berkomentar lewat group WhatsApp sekolah. (rio)