Oleh AGUS SAMSUDIN
Mengakhiri tahun 2021, tidak terasa hampir dua tahun, tepatnya 20 bulan kami mengelola Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC). Sungguh pengalaman yang membanggakan sekaligus memprihatinan, tetapi juga semakin memahami nilai-nilai yang dianut persyarikatan dalam tataran praktik.
Beruntung sekali, Muhammadiyah adalah organisasi mapan. Di tingkat pusat banyak orang yang mumpuni dan penuh dedikasi. Demikian juga untuk wilayah, daerah. cabang, dan ranting. Secara khusus apresiasi kepada seluruh RSMA (rumah sakit Muhammadiyah-Aisyiyah) atas seluruh upaya dan dedikasi ketika menghadapi outbreak di bulan Juni-Juli lalu. Demikian juga kepada para relawan yang bekerja siang-malam dalam pemulasaraan jenazah, yang nyaris tak mengenal lelah
Berbeda dengan bencana pada umumnya, pandemi Covid-19 tidak mengenal manajemen pra-bencana yang mengukur kemungkinan kejadian dan risiko, serta mitigasi, sehingga ada persiapan ketika bencana. Dalam konteks Covid-19, tidak ada persiapan karena belum terjadi sebelumnya. Maka yang terjadi adalah masa kegawatdaruratan yang sangat panjang, yaitu dari Februari 2020 sampai Desember 2021. Layaknya gawat darurat bencana, semua tidak tahu apa yag akan terjadi. Dengan demikian, semua bersifat emerjensi, serba darurat, berubah dan penuh dengan diskusi dan pasti trial and error.
Covid-19 mengajarkan kepada kita untuk siap menghadapi perubahan mendadak dan serba tidak pasti. Hidup itu penuh perubahan. Apa yang terjadi hari ini bisa jadi besok hilang, jungkir balik. Kita semuanya menamakan perubahan itu sebagai sebuah disrupsi, gangguan yang mengubah semuanya (game changer).
Atas dasar ini pula, ada kurve belajar, baik oleh pemerintah, rumah sakit dan masyarakat. Banyak kebijakan yang berubah. Banyak respons rumah sakit yang terus berkembang dan masyarakat melakukan respon terhadap setiap kebjakan dan dampak Covid-19.
Awal tahun 2021 Indonesia sebenarnya cukup optimistis, karena tingkat penularan menurun. Namun, ketika libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2020 “dilepas”, kemudian terjadi lonjakan yang mencapai puncaknya Juni-Juli.
Saat itu semua rumah sakit penuh dengan pasien Covid-19. Kekurangan oksigen terjadi di mana-mana dan jumlah fatalitas meningkat tajam. MCCC sampai berkirim surat khusus kepada presiden untuk melakukan lock down selama tiga minggu, karena pemerintah masih ragu-ragu sekalipun kemudian ada PPKM dalam berbagai level yang akhirnya berjalan cukup efektif sampai sekarang.
Hampir seluruh rumah sakit Muhammadiyah-Aisyiyah dipakai untuk merawat pasien. Tidak akan pernah lupa di bulan-bulan tersebut ada tenaga kerja kesehatan, ulama, pengurus persyarikatan dari berbagai level, dosen, guru, saudara dekat, tetangga yang dipanggil oleh Allah SWT. Semua menjadi pelajaran berharga.
Vaksinasi juga menjadi kontraversi. Vaksinasi sebenarnya adalah salah satu model yang paling efektif dalam temuan bidang kesehatan. Sekarang kita tidak pernah mendengar lagi ada sakit cacar, polio dan lain-lain. Bahkan, untuk generasi Z barangkali tidak mengenal, karena penyakit itu hampir tidak ada.
Dalam konteks Covid-19 percepatan proses penemuan vaksin ditambah berbagai info hoaks membuat ramai kalau tidak mau disebut kacau. Ada isu efikasi vaksin, isu konspirasi, isu bisnis, isu hak asasi manusia (HAM), penanaman chips di anggota tubuh, sampai isu keagamaan.
MCCC berjalan terus dengan penuh percaya diri. Mengusung tema “Vaksinasi untuk Semua”, menyasar seluruh lapisan masyarakat termasuk lansia, difabel dan lintas agama. Kerja sama dengan Kementrian Kesehatan, TNI dan Polri didukung partner lain MCCC telah memvaksinasi lebih dari 600 ribu orang.
Pelaksanaannya bertempat di fasilitas Muhammadiyah-Aisyiyah: gedung pertemuan, kantor, perguruan tinggi, sekolah menengah, pesantren, rumah sakit dan berbagai fasilitas lain. Sekarang sudah masuk untuk vaksinasi anak-anak. Insya Allah kita akan teruskan.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah memilih tema “Optimis Hadapi Covid-19” sebagai sebuah narasi positif yang perlu dibangun agar bangsa Indonesia bangkit kembali dari keterpurukan berbagai hal. Penundaan pelaksanaan muktamar ke bulan November 2022 adalah sebuah upaya menjaga keselamatan kita semuanya agar tetap sehat dan bisa mempersiapkan dengan lebih baik dengan berharap Covid sudah menurun, sehingga kemeriahan muktamar bisa dinikmati.
Kwartal empat 2021 penularan Covid-19 sudah menurun drastis dan semua orang wait and see, karena ada varian baru. Prinsipnya kita semua harus tetap menjaga protokol kesehatan 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan). Pemerintah perlu melakukan 3T (treatment, tracing, tracking) dan V (vaksinasi). Perlu terus waspada dan tidak jumawa.
Tahun 2022 ini, kita berharap untuk lebih baik. Beberapa catatan penting yang perlu dicermati adalah sebagai berikut:
- Pemantapan sistem Kesehatan. Penguatan kembali jejaring rumah sakit dan kampanye untuk hidup sehat perlu terus diserukan dalam arti luas.
- Pemulihan ekonomi. Aktivitas sektor riil dengan dilonggarkannya aktivitas interaksi dan mobilitas manusia. Perlu dipikirkan oleh Majelis Ekonomi dan Amal Usaha apa yang perlu dilakukan.
- Kesiapan pembelajaran tatap muka. Secara perlahan tapi pasti, pembelajaran secara tatap muka ( luring) akan dilakukan, yang secara langsung maupun tidak langsung ikut menggerakkan roda ekonomi
- Penyelenggaraan ibadah. Menurunnya tingkat penularan Covid-19 memungkinkan untuk beribadah dengan cara normal mulai dari haji, umrah, salat, juga pengajian.
- Varian baru Omicron. Perlu tTetap waspada, karena ada varian baru dengan tingkat penularan sangat tinggi dan berharap tingkat gejala medis yang menurun. Perlu pantauan secara terus-menerus. Setidaknya hingga bulan November 2022.
Akhirnya, saya ingin menyampaikan terima kasih atas dukungan semua pihak kepada MCCC baik berupa dukungan moral, maupun materiil. Dari Pimpinan Pusat, Wilayah, Daerah, Cabang, dan Ranting, seluruh Majelis, Lembaga, Ortom, Amal Usaha.
Kepada para tenaga kerja kesehatan, pengurus MCCC tingkat Wilayah, Daerah dan Cabang, para relawan tetaplah konsisten menjaga apa yang telah dicapai. Kepada para mitra nasional maupun internasional yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, insya Allah 2022 menjadi tahun akhir bencana non-alam di Indonesia. (*)
*) AGUS SAMSUDIN, Ketua MCCC Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.







