Oleh Amelia
Situbondo, sebuah kabupaten yang terletak di pesisir Utara Pulau Jawa, sering menghadapi masalah banjir, terutama selama musim penghujan. Banjir di daerah ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Di antaranya, curah hujan yang tinggi, pengelolaan drainase yang kurang optimal, dan perubahan penggunaan lahan.
Tulisan ini akan membahas penyebab, dampak, dan upaya penanganan banjir di Situbondo, Jawa Timur. Data historis menunjukkan, bahwa Situbondo mengalami banjir setidaknya 3-5 kali dalam setahun, terutama selama musim penghujan (November – Maret). Catatan curah hujan menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dengan beberapa daerah mencatat curah hujan lebih dari 300 mm dalam waktu relatif singkat.
Penyebab Banjir
Selama musim penghujan, Situbondo mengalami curah hujan yang signifikan. Hujan deras yang berlangsung dalam waktu singkat dapat menyebabkan aliran air yang berlebihan, yang tidak dapat ditampung oleh sistem drainase yang ada. Sistem drainase yang tidak memadai, misalnya saluran air yang sempit dan tersumbat oleh sampah atau sedimentasi menghambat aliran air, berakibat meningkatnya risiko genangan.
Perubahan peruntukan lahan, misalnya terjadinya konversi lahan pertanian menjadi lahan permukiman atau industri mengurangi area resapan air. Hal ini menyebabkan lebih banyak air hujan yang mengalir ke saluran drainase, sehingga meningkatkan potensi banjir.
Terkait topografi dan geografi beberapa wilayah di Situbondo juga memiliki andil terjadinya banjir. Hal itu karena topografi yang datar, sehingga air hujan sulit mengalir dengan cepat. Selain itu, letak geografis Situbondo yang dekat dengan laut juga membuat daerah ini rentan terhadap banjir akibat rob, naiknya permukaan air laut sehingga masuk ke daratan.
Dampak Banjir
Banjir di Situbondo memiliki dampak yang signifikan, baik bagi masyarakat maupun lingkungan. Beberapa dampak itu, di antaranya:
Kerugian aspek ekonomi. Banjir dapat merusak infrastruktur, area pertanian, dan properti, yang mengakibatkan kerugian finansial bagi masyarakat dan pemerintah daerah. Ratusan rumah terendam banjir setiap tahun, menyebabkan kerugian material yang signifikan. Misalnya, pada tahun 2022, diperkirakan kerugian mencapai miliaran rupiah. Banjir juga berdampak pada sektor pertanian, dengan banyak lahan pertanian terendam, mengakibatkan penurunan hasil panen.
Gangguan Kesehatan. Genangan air dapat menjadi sarang penyakit, seperti demam berdarah dan leptospirosis, yang dapat mengancam kesehatan masyarakat.
Displacement: Banjir dapat memaksa penduduk untuk mengungsi dari rumah mereka, menyebabkan ketidakstabilan sosial dan psikologis.
Kerusakan Lingkungan:. Banjir dapat menyebabkan erosi tanah, pencemaran air, dan kerusakan ekosistem lokal.
Upaya Penanganan Banjir
Pemerintah daerah Situbondo, bersama masyarakat telah melakukan berbagai upaya untuk menangani masalah banjir. Di antara yang dilakukan adalah:
1, Pembangunan dan perbaikan infrastruktur drainase, pemerintah berupaya memperbaiki dan membangun saluran drainase yang lebih baik untuk mengalirkan air hujan dengan lebih efektif.
2. Normalisasi sungai, melalui program normalisasi sungai yang dilakukan untuk mengurangi pendangkalan dan meningkatkan kapasitas aliran sungai, sehingga dapat menampung lebih banyak air saat hujan.
3. Edukasi masyarakat, dalam program ini masyarakat diajak untuk berpartisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan, terutama dalam menjaga saluran air agar tidak tersumbat oleh sampah.
4. Pengembangan ruang terbuka hijau, dilakukan dengan meningkatkan ruang terbuka hijau di kota dapat membantu menyerap air hujan dan mengurangi risiko banjir.
5. Sistem peringatan dini, dikembangkan lewat pengembangan sistem peringatan dini untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang potensi banjir, sehingga mereka dapat mengambil langkah-langkah pencegahan.
Banjir di Situbondo merupakan masalah yang kompleks dan memerlukan perhatian serius dari semua pihak. Dengan memahami penyebab dan dampak banjir, serta melaksanakan upaya penanganan yang efektif, diharapkan Situbondo dapat mengurangi risiko banjir dan meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Oleh karena itu, kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait, sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman dan berkelanjutan. (*)
*) Amelia, Mahasiswa Prodi Administrasi Publik, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
CATATAN: Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulisnya.







