Oleh Arik S. Wartono
Memotret moment gerhana bulan total yang peluangnya hanya terjadi sekali seumur hidup, terlebih penampakan bulan akan menjadi merah darah, merupakan moment kosmik yang istimewa. Tentu ini membutuhkan persiapan yang baik, mulai dari kesiapan fisik yang prima, alat memotret berupa kamera, lensa, tripod dan segala perlengkapan untuk memotret bulan, logistik, sampai penentuan lokasi yang tepat dengan perhitungan membaca konfigurasi awan di lokasi sekaligus arah dan kecepatan angin untuk memperkirakan tingkat cerah langit malam. Tak kalah pentingnya, tentu saja sekaligus menjauhi polusi cahaya untuk mendapatkan hasil foto yang maksimal.
Karena semuanya mesti dilakukan dalam kegelapan malam, tentu membutuhkan tingkat kewaspadaan tinggi terutama terhadap satwa nokturnal, yakni hewan yang aktif pada malam hari. Satwa berukuran besar, seperti ular justru mudah dikenali karena faktor bau amisnya. Yang patut diwaspadai ekstra justru satwa kecil, seperti kalajengking dan laba-laba tanah yang punya racun atau bisa yang mematikan.
Saya pribadi lebih menyukai perburuan moment langit malam tanpa kawan, sendirian, untuk meminimalkan polusi cahaya, kecuali jika untuk kebutuhan artistik konsep foto dengan melibatkan model manusia pada latar depan (foreground) foto.
Maka, menentukan lokasi yang aman dari segala ganguan –termasuk orang jahat–, perlu perhitungan yang matang, sekaligus segala upaya pencegahannya, agar semua gangguan nonteknis tidak merusak semua upaya mengabadikan moment kosmik yang istimewa, seperti gerhana bulan.
Setelah semua faktor nonteknis beres, faktor teknis menjadi jauh lebih penting, mulai kesiapan kamera, lensa dan seluruh perlengkapan memotret sampai hal-hal remeh yang sering diabaikan oleh para fotografer pemula, misalnya kesiapan batrey kamera sampai perkara memori card untuk alat fotografi digital era saat ini.

Lokasi yang saya pilih untuk mengabadikan moment gerhana bulan merah darah, 7-8 September 2025 ini adalah sebuah pantai di perbatasan kabupaten Tuban, Jawa Timur dan Rembang, Jawa Tengah. Saya telah mengenal lokasi ini sebelumnya selama lebih dari 10 tahun, dan pilihan ini cukup rasional demi menghindari semua kendala nonteknis.
Sampai di lokasi sudah malam, sekitar pukul 22.00 WIB. Saya langsung mendirikan tenda dan menyalakan api unggun untuk persiapan mengabadikan moment gerhana bulan total ini.
Saya cukup beruntung karena sebelum berlangsungnya seluruh rangkaian gerhana bulan, langit malam di lokasi sedikit tertutup awan sangat tipis, menghasilkan moment “Halo Bulan”, yakni fenomena optik indah yang menghasilkan cincin cahaya di sekitar bulan. Ini terjadi karena cahaya bulan dibiaskan dan dipantulkan oleh kristal es di awan tinggi, seperti awan cirrus.
Fase awal gerhana bulan penumbra dimulai 7 September 2025 pukul 22.28 WIB. Pukul 23.267 WIB merupakan awal gerhana bulan sebagian. Pada 8 September 2025 pukul 00.30 WIB merupakan awal gerhana bulan total, sedangkan pukul 01.11 WIB adalah moment puncak gerhana bulan total. Pukul 01.52 WIB akhir gerhana bulan total, pukul 02.56 akhir gerhana bulan sebagian, dan pukul 03.55 moment akhir gerhana bulan penumbra. (*)
*) Arik S. Wartono, Fotografer Astro Fisika (Astrofotografer), tinggal di Gresik, Jawa Timur.







