TULUNGAGUNG (RadarJatim.id) — Upaya percepatan menurunkan angkat stunting terus dilakukan oleh BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional), baik pusat maupun Jawa Timur hingga tingkat kabupaten. Seperti yang telah dilakukan di wilayah Tulungagung dengan berbagaimacam strategi.
Upaya tersebut telah disampaikan oleh Pembina Program KSPK BKKBN Jawa Timur, Yuni Dwi Tjadikijanto, SE dalam Sosialisasi KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Angka Stunting, pada (2/8/2023) di Gedung Balai Rakyat, Kecamatan Pakel, Tulungagung.
Kegiatan yang dibuka langsung oleh Anggota Komisi III DPR RI H. Arteria Dahlan, ST, SH, MH tersebut juga dihadiri Kepala Biro SDM BKKBN Pusat, Victor Hasiloan Siburian, SE, M.Si serta didampingi pula oleh tuan rumah Suparni, MM selaku Perwakilan dari Kepala Dinas KB Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Tulungagung.
Yuni Dwi Tjadikijanto menguraikan kalau stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar. Faktor penyebabnya adalah praktek pengasuhan yang kurang baik. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatn dan gizi sebelum masa kehamilannya. “Dari kondisi tersebut, terjadi 30 persen dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI Eksklusif. 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima makanan pendamping ASI,” jelasnya.

Sedangkan stunting yang disebabkan oleh faktor multidimensi. Intervensinya yang paling menentukan adalah pada 1.000 HPK (Hari Proses Kehidupan). Penyebabnya terbatasnya layanan kesehatan, termasuk layanan ANC, post natal dan pembelajaran diri yang berkualitas. “Termasuk kurangnya akses air bersih dan sanitasi,” jelas Yuni Dwi Tjadikijanto.
Arteria Dahlan menjelaskan kalau program penurunan angka stunting merupakan program dari pusat, Program Presiden Joko Widodo agar anak-anak lahir harus dalam kondisi sehat, tidak boleh ada lagi stunting. Seperti yang telah dicanangkan bahwa, diharapkan tahun 2025 tidak ada lagi anak lahir stunting. Dengan harapan tahun 2030 Indonesia bisa menjadikan genarasi-generasinya yang berkualitas.
Ia katakan, oragnisasi terkecil di Indonesia kami memiliki cita-cita, bahwa setiap insan anak yang lahir dalam keluarga itu tidak boleh kekurangan vitamin. “Agar cita-cita ini tercapai, diharapkan usia menikah itu di atas 20 tahun wanita dan di atas 25 tahun pria. Mereka harus tahu kondisinya sehat dan siap untuk menikah, dan siap hamil,” katanya.(mad)







