SIDOARJO (RadarJatim.id) Dewan Pakar Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra Ir H Bambang Haryo Soekartono blusukan ke Pasar Porong. Di pasar wilayah selatan kabupaten Sidoarjo ini, BHS banyak mendapatkan aspirasi dari para pengunjung pasar maupun para pedagang.
Mulai dari komoditas sembako yang masih mahal hingga stand pedagang yang mahal. Disela kunjungan ke pasar, sesekali terlihat pengunjung mengajak berfoto bersama, tak terkecuali para pengemudi becak motor (bettor) pengangkut sayuran.
“Pak saya dulu dukung sampeyan. Ini kaosnya masih saya pakai,” teriak salah satu pengemudi betor saat tahu kehadiran BHS di Pasar Porong.

Mendengar hal itu, BHS yang pada pemilihan kepala daerah Sidoarjo maju Calon Bupati tersebut langsung menghampiri. Keduanya juga langsung terlihat akrab dan berfoto bersama.
“Wah iyo masih dipakai kaosnya,” kata BHS.
Keduanya lalu terlihat berbincang akrab. Rekan-rekan penggangkut sayuran juga turut berfoto bersama. Pada kunjungan BHS di Pasar Porong, Sidoarjo, Sabtu (25/2) diketahui juga beberapa sayuran harganya masih mahal, seperti cabai rawit yang dijual Rp 55 ribu perkilogramnya.
Di Pasar Porong salah satu ikon komoditasnya memang sayuran.Dimana bahan sayuran mentah ini datang dari berbagai wilayah kabupaten lainnya seperti Banyuwangi, Kediri, Batu, Malang dan kota lainnya. Bahkan ada komoditas seperti wortel yang didatangkan dari Sumatera Utara.

“Wortelnya ini didatangkan dari Sumatera Utara dengan container yang ada pendinginnya. Disini bisa bertahan 5 sampai 6 hari. Perkilonya kita jual Rp 6 ribu,” ujar salah satu pedagang.
Mendapati hal ini BHS berharap usaha pertanian di Sidoarjo bisa dimaksimalkan agar kebutuhan di Wilayah Sidoarjo bisa tercukupi. Sedangkan saat bertemu pedagang gerabah di Pasar Porong, BHS mendapati aspirasi jika mereka keberatan atas harga stand yang mahal dan harus dibayar tunai.
“Saya pedagang korban kebakaran, dulu stand saya ada dua tapi hanya mendapatkan pengganti satu stand. Itupun harga mahal dan harus dibayar kontan tidak boleh dicicil. Satu standnya beli Rp 22,5 juta,kalau sewa pertahunnya Rp 3,5 juta,” kata salah satu pedagang gerabah.
Kondisi ini diperparah dengan kondisi pasar yang sepi dan kerap banjir saat musim penghujan. “Dulu pas kebakaran dagangan habis tidak dapat ganti rugi, sekarang harus beli stand yang harganya mahal,”keluhnya.
Atas aspirasi itu, BHS sangat mensayangkan. Seharusnya para korban kebakaran di Pasar Porong mendapatkan haknya dengan harga terjangkau malah kalau bisa gratis karena mereka korban kebakaran.Apalagi dana untuk membangun pasar juga dari kucuran anggaran APBN.
“Ibu-ibu ini korban kebakaran di Pasar Porong. Harusnya mendapatkan harga yang sangat murah. Tapi seharusnya mereka tidak perlu mbayar. Saya mohon pengertian dari pemerintah, kalau misalnya tidak dibebani ongkos sewa dan ongkos beli maka penjualan mereka akan murah, kalau murah rakyatlah yang diuntungkan, ekonomi akan menggelinding dengan cepat,” pungkasnya. (RJ1/RED)







