SURABAYA (RadarJatim.id) – Pengembangan metode bercocok tanam dari konvesional menjadi electrifying agriculture yang digagas PLN UP3 Pasuruan, membantu para petani bawang merah meningkatkan produksi dan keuntungan mereka.
Program electrifying agriculture ini salah satunya telah dikembangkan dan dirasakan manfaatnya oleh para petani di desa Curahsawo, Kraksaan, Kabupaten Probolinggo. Desa ini merupakan salah satu sentra produsen komoditas bawang merah.
Di desa tersebut, banyak penduduknya yang berprofesi sebagai petani bawang merah. Selama ini para petani hanya mengandalkan cahaya matahari dan jaring untuk melindungi tanaman dari hama. Banyak kekurangan yang mereka temui, mulai dari biaya sewa jaring, masuknya hama, hingga membengkaknya biaya obat.
Mengatasi permasalahan itu, PLN UP3 Pasuruan menggagas dan mengembangkan program electrifying agriculture yang diberi nama Sikat Libas (Sinergi Kawasan Terang Listrik Bawang kraksaan).
Manager PLN UP3 Pasuruan, Maria Goretti, mengatakan, saat pandemi virus corona (Covid-19), hampir semua sektor ekonomi menerima dampak negatifnya. Tetapi, sektor pertanian justru bertumbuh. Hal inilah yang menjadi peluang untuk membantu para petani bawang merah untuk meningkatkan produktivitasnya.
“Kami memberikan kemudahan proses penyambungan listrik, mengedukasi simulasi tarif listrik sera manfaat yang didapatkan dengan menggunakan listrik dibandingkan dengan penggunaan captive power dan teknologi konvensional yang selama ini mereka gunakan,” terang Merry, sapaan akrab Maria Goretti.
Salah satu petani bawang merah, Masdikun, menyampaikan, sejak beralih menggunakan listrik PLN, hasil produksinya meningkat. Pihaknya bisa bekerja di malam hari dengan penerangan PLN. Selain itu, hama pun semakin berkurang.
“Kalau kita biasa masak menggunakan 1.000 gram bawang merah biasa, maka dengan bawang Probolinggo kita hanya butuh 750 gram,” jelasnya.
Hingga September 2020, sebanyak 10 petani bawang merah beralih menggunakan listrik dengan daya 900 VA. Hasilnya, dengan luas lahan 1 hektar bisa menghemat Rp 110.000.000 untuk sekali tanam. Dalam 1 tahun bisa empat kali tanam. Dengan demikian, dalam setahun bisa untung Rp 440.000.000 per hektar.
PLN UP3 Pasuruan pun menggencarkan edukasi dan sosialiasi kepada petani bawang merah lainnya agar beralih menggunakan listrik PLN. Tercatat, hingga awal Oktober 2020 terdapat 25 calon pelanggan petani bawang merah yang mengajukan penggunaan listrik PLN.
Tak hanya petani bawang merah, PLN UP3 Pasuruan juga mengembangkan electrifying agriculture pada petani tambak, ternak, hingga sumur bor dengan total daya tersambung mencapai 91.500 VA.
General Manager PLN UID Jawa Timur, Nyoman S. Astawa, menyatakan, pihaknya kini tengah menguatkan dukungan kepada sektor pertanian. Electrifying agriculture juga dikembangkan untuk petani buah naga di Banyuwangi, listrik persawahan di Madiun.
Pengembangkan program itu juga diterapkan di Agrowisata Taman Suruh di Banyuwangi. Terbaru, program electrifying agriculture ini juga membantu pengembangan Wisata Tani Betet di Nganjuk.
“Kami juga sedang dalam tahapan membangun edukasi electrifying agriculture kepada masyarakat, khususnya petani di lokasi tersebut melalui program PLN Peduli,” ujarnya.
Ditambahkan, PLN juga bekerja sama dengan pemerintah daerah dan dinas-dinas terkait untuk menangkap potensi-potensi di masyarakat pertanian yang bisa dibantu pemberdayaannya dengan electrifying agriculture.
“Kami berharap peran PLN di sektor pertanian semakin terasa kehadirannya,” pungkas Nyoman. (Cintia/Red)







