GRESIK (RadarJatim.id) — Menjadi desa penghasil jeruk nipis terbesar di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Desa Kebonagung, Kecamatan Ujungpangkah terus mengoptimalkan potensi. Di desa tersebut, hamparan lahan kebun jeruk nipis seluas 450 hektar, menghasilkan rata-rata 2 sampai 3 ton tiap panen per hektarnya.
Bahkan pada 2022, jeruk nipis khas Kebonagung telah diekspor ke luar negeri, dilepas langsung oleh Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani kala itu. Kepala Desa Kebonagung, Lubis Farisman, menyampaikan, mayoritas warga desanya menjadi petani jeruk nipis. Untuk itu, pemerintah desa terus memberikan perhatian agar potensi penghasil jeruk nipis bisa dioptimalkan dan menjadi daya tarik tersendiri bagi desanya.
“Warga kami mayoritas jadi petani jeruk nipis, sehingga potensi itu akan terus kami optimalkan,” katanya, Selasa (12/11/2024).
Selain jeruk nipis, Lubis menjelaskan, petani di desanya juga mulai mengembangkan jeruk dengan varietas baru, seperti tanaman buah, jeruk lemon, dan jenis lainnya.
“Beberapa program, seperti ketahanan pangan serta infrastruktur pertanian, terus kami optimalkan untuk mendukung potensi pertanian yang luar biasa ini,” ujarnya.
Sementara itu, Camat Ujungpangkah, Shofwan Hadi, mendukung upaya pemerintah Desa Kebonagung dalam mengoptimalkan potensi desa itu.
“Kami terus mendorong Pak Kades untuk segera merealisasikan kebun wisatanya sebagai wisata petik buah,” katanya.
Terpisah, salah satu petani jeruk nipis Desa Kebonagung, Sulikhan, menceritakan awal mula ia mulai menanam jeruk nipis, karena budi dayanya yang cukup mudah “Di sini dulu penghasil jeruk buah, tapi pada tahun 2014 beralih ke tanaman jeruk nipis, karena budi dayanya mudah,” ungkapnya.
Untuk modal menamam jeruk nipis, ia mengaku mendapat bibit dari luar daerah, yakni Blitar dan Tulungagung. Satu pohon bibit jeruk nipis, lanjutnya, harganya Rp 8.000. Dalam lahan 4 hektar yang ia kelola, rata-rata penghasilannya sangat memuaskan. Satu pohon jeruk nipis yang ditanam, menghasilkan satu kilogram dengan panen satu seminggu sekali.
“Umur pohon dua tahun bisa menghasilkan 1 kilogram dengan panen sebulan sekali. Ini saya punya empat hektar bisa menghasilkan Rp 50 juta,” tandasnya.
Dikatakan, selama ini pasar lokal telah menyerap habis jeruk nipis dari petani. Jeruk nipis. lanjutnya, umumnya dikirim ke Surabaya dan Lamongan. “Serta ke daerah sekitar, seperti pasar Babat dan Surabaya,” pungkasnya. (har)







