Oleh IMAM POERI
Dengan kekuasaan-Nya, Allah telah mengubah dunia ini dengan menurunkan musibah pandemi virus corona (Covid-19) dan telah berlangsung dua tahunan. Harus disadari, Dia pasti memiliki rencana yang lebih baik dan indah bagi umat-Nya, terlebih bagi mereka yang tetap dalam keimanan secara istiqamah dalam keimanan dan amal kebajikan, termasuk di dunia pendidikan.
Begitu pula, dalam seluruh sendi kehidupan yang sebelum pandemi masuk dalam dunia nyaman, sampai-sampai manusia mengira dunia ini distigmakan penuh kemewahan, kesenangan, dan keglamoran. Padahal, dunia yang menyilaukan itu hanyalah fatamorgana.
Sebagai insan pendidikan, guru hendaklah bisa merespon secara positif segala yang terjadi, terlebih pada dunia pendidikan dan pembelajaran. Jauhkan sikap mengeluh, menggerutu, bahkan mencaci-maki, dan sejenisnya. Sebaliknya, bangun sikap dan respon positif terhadap semua persoalan. Jika sudah demikian, bisa dipastikan, pikiran menjadi lebih jernih, mampu berlaku penuh keindahan yang membawa kesabaran nenuju kebahagiaan.
Agar sikap dan respon positif itu bisa dicapai, maka cerdaslah dalam menciptakan bentuk-bentuk tindakan antisipatif dengan mencari dan menemukan berbagai cara mengantisipasi. Hal itu agar terhindar dari respon negatif dalam menjadikan murid (peserta didik yang unggul dan utama.
Mencari dan menemukan bentuk-bentuk antisipasi merupakan tantangan berat, namun bisa menjadi jalan menuju keberhasilan. Agar suasana selalu happy dalam mencari materi antisipasi, seyogyanya berlakulah fleksibel. Artinya, tetapkah dalam jalur yang telah digariskan dan menjadi pandu yang lazim dipedomani.
Namun, bila situasi dan kondisi berubah, ambillah mana yang paling tepat dan mudah dilakukan. Janganlah bersikukuh, bahwa kita harus tetap pada titik start yang dirancang dan ditetapkan di awal. Yang seperti ini menjadikan pelakunya berhadapan dengan problematika yang lebih berat, rumit, dan melelahkan. Ini terjadi karena diliputi oleh sikap emosional dan antisipasi yang dicari akan mengalami kegagalan.
Perubahan atau kecenderungan dunia global semakin sulit diprediksi, termasuk di Indonesia. Dalam hal ini, sahabat guru yang pernah mengalami dan merasakan dua zaman, yakni zaman kemerdekaan dan zaman reformasi demokrasi, dan sekarang masuk zaman milenial yang serba digital, tentu merasakannya
Karena itu, sebagai guru paling tidak mesti melakukan tiga hal berikut. (1) Merespon positif bagaimana memberikan pendidikan karakter, akhlakul karimah (akhlak mulia) kepada anak didik.
(2) Berihtiar menemukan antisipasi agar karakter diri ber-akhlakul karimah dan mencintai alam, serta tanah air tetap terpateri di hati mereka. Lalu cari dan temukan kegiatan pendidikan dan pembelajaran berorientasi digitalisasi yang menurunkan hasil penguatan karakter, keterampilan literasi, sosial budaya dan semangat pembaharuan yang berkemajuan.
Ini memang tidak mudah, diperlukan pikiran cerdas dan hati dan laku yang istiqamah (taat asas). Secara simultan, bersama-sama melakukan kegiatan yang biasa dilakukan dalam pembelajaran yang dikuasai bertahun-tahun, Perlu juga dilakukan terobosan untuk menemukan metode, teknik, dan strategi pembelajaran dengan pendekatan digitalisasi dan perangkat aplikasinya.
Dengan demikian, akan tampil guru-guru pemilik kemampuan meng-create aplikasi, menyinergikan dan berkolaborasi bersama sahabat guru yang lain. Yakinlah, bahwa hal itu bisa dilakukan, karena bersinergi dan kolaborasi dalam praktik keseharian, sudah biasa dilakukan, seperti menulis buku, mengemas kata atau konten indah dalam flayer, dan sebagainya.
(3) Harapan pada butir ke-2 tersebut, diperlukan kesabaran, ketekunan, keikhlasan, dan keluwesan, sehingga fleksibilitas semakin memudahkan meraih keberhasilan. Tidak ada yang berat jika dirasakan ringan, akan mudah dan ringan jika dilakukan dengan senang. Berucaplah, ‘aku bisa, akan kucoba’ dan hindari ucapan ‘aku tidak bisa, aku sibuk, mana mungkin’ dan sejenisnya. Lakukan itu dengan penuh semangat dan keyakinan, bahwa kita memang mampu melakukannya dengan optimal. (*)
*) IMAM POERI adalah pegiat pendidikan, Sekretaris Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kebomas, Gresik.







