KEDIRI (RadarJatim.id) — Pendakwah Majelis Ta’lim Ibadallah Kediri, Gus Elham Yahya, akhirnya memberikan klarifikasi setelah video lawas dirinya yang mencium pipi seorang anak perempuan kembali viral dan menuai sorotan tajam publik. Tayangan berdurasi singkat itu ramai dibagikan di media sosial, memunculkan perdebatan soal etika dan batasan dalam aktivitas dakwah.
Saat ditemui di Kediri, Selasa (11/11/2025), Gus Elham menyampaikan permintaan maaf terbuka atas kegaduhan yang muncul. Ia mengakui tindakan itu merupakan kekhilafan pribadi dan menegaskan, bahwa kejadian tersebut telah menjadi pelajaran penting bagi dirinya dan lingkungan majelisnya.
“Saya mengaku jika kejadian itu adalah kekhilafan. Ke depan, saya berkomitmen berdakwah dengan cara yang lebih bijak,” ujar Gus Elham.
Meski demikian, klarifikasi itu belum sepenuhnya meredam kritik publik. Sejumlah warganet mempertanyakan standar etika pendakwah dalam menjaga jarak dengan jamaah, terlebih ketika melibatkan anak di bawah umur.
Menanggapi hal tersebut, Gus Elham menegaskan, bahwa video yang beredar bukan kejadian baru, melainkan dokumentasi lama dari kegiatan rutin majelis yang saat itu disaksikan langsung oleh para orang tua.
“Anak dalam video itu adalah peserta pengajian tetap. Semua kegiatan dilakukan di bawah pengawasan orang tua,” jelasnya.
Ia menambahkan, pihak majelis telah menghapus video tersebut dari arsip internal begitu menyadari potensi kesalahpahaman di masyarakat. Langkah itu, menurutnya, diambil demi mencegah kegaduhan yang lebih luas.
“Kami berharap masyarakat bisa kembali tenang dan menjunjung tinggi perdamaian,” kata Gus Elham.
Namun, di tengah klarifikasi tersebut, sejumlah pemerhati media sosial menilai kasus ini menjadi alarm penting bagi kalangan pendakwah. Di era digital, setiap tindakan yang terekam dan tersebar dapat dengan cepat memengaruhi citra lembaga keagamaan.
Gus Elham sendiri mengakui hal itu dan menyebut peristiwa ini sebagai refleksi moral bagi para dai agar lebih berhati-hati dalam bersikap di ruang publik.
“Kami akan terus memperbaiki diri agar ceramah kami tetap membawa keteduhan dan akhlakul karimah,” ujarnya menutup pernyataan.
Fenomena viralnya video tersebut menunjukkan bagaimana publik kini semakin kritis terhadap figur publik dan pemuka agama, menuntut konsistensi antara ucapan dan tindakan. Dalam konteks dakwah modern, etika bukan sekadar persoalan pribadi, tetapi juga modal kepercayaan publik yang harus dijaga dengan penuh tanggung jawab. (rul)






