Oleh Moh. Husen*
Bersama Ali Nurfatoni dan dua kawan lainnya, kami begadang hingga tembus Subuh di depan hotel el-Royal. Sekitar pukul 23.00 WIB Toni saya kontak. Saya ajak dia nongkrong di seputaran lokasi pleno KPU. Kami ngobrol macam-macam. Hingga soal Pilkada Banyuwangi, dengan berbagai kemungkinan calon bupati dan partai pengusungnya.
Namun saya tidak ingin menulis Toni dan isi begadang kami. Saya ingin menulis Yono. Jangan tanya nama lengkapnya. Cukup tersenyum sambil tertawa. Khusus kali ini dia saya panggil Yono. Kalau Toni ini mantan wartawan yang sekarang aktif menulis opini seputar Pilkada. Sedangkan Yono adalah wartawan yang belum menjadi mantan hingga hari ini.
Malam selepas Isya’, sembari ngopi-ngopi di hari ulang tahun Yono, dia saya goda: “Mas, kalau ada seribu orang mengatakan Sampeyan stres, Sampeyan percaya apa nggak?”
Karena nuansanya bergurau, Yono rileks saja menanggapi: “Saya ini memang stres, Mas. Kita ini stres semua dengan kadar atau tingkatan yang berbeda-beda.”
Sebenarnya saya ingin mengajak Yono berdiskusi, seandainya ada seribu orang menyalahkan pendapat kita, apakah kita percaya, bahwa kita benar-benar salah? Bagaimana kalau ada pengerahan seribu massa untuk mengatakan kita salah? Apalagi beberapa bulan ke depan, ada Pilkada.
Bagaimana kalau ada “orang gila” dipoles sedemikian rupa oleh media massa, mulai dari media cetak, online, serta televisi ternama, lalu banyak orang yang berteriak: “Ini tokoh, ini hebat. Dia tidak tega kepada kesengsaraan rakyat.” Apakah kita akan percaya begitu saja?
Media massa dan orang banyak bukan Nabi dan Tuhan. Kita harus bisa menilai secara mandiri dan berdaulat. Kita boleh setuju dan tidak setuju. Jangan marah kalau kita tidak setuju. Jangan kecewa kalau pendapat kita tidak diikuti. Orang boleh yakin pendapatnya benar, tapi jangan lupa bahwa menurut orang lain bisa salah.
Orang merasa benar bisa karena minimnya pengetahuan dan informasi.
Tapi, ah, terlalu serius. Yono ulang tahun. Jadi pertanyaannya ke dia saya ganti: “Mas, coba nanti malam Sampeyan bilang ke istri: Dik, sudah ada 3 orang yang mengatakan aku ini stres, apakah Sampeyan percaya?”
Banyuwangi, 9 Maret 2024
*) Catatan kultural jurnalis RadarJatim.id, Moh. Husen, tinggal di Banyuwangi, Jawa Timur.





