SURAKARTA (RadarJatim.id) – Limbah jantung pisang Cavendish ternyata tidak hanya berakhir di tempat sampah. Sekelompok peneliti dari Universitas Sebelas Maret (UNS) berhasil membuktikan, bahwa limbah tersebut dapat diolah menjadi turunan selulosa yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomis tinggi.
Riset ini dilakukan oleh mahasiswi magister bernama Syafira Narendraduhita dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNS, bersama dengan Venty Surganti, Sigitno Romadhonah, dan Maulidan Firdaus selaku para dosen pembimbing. Dalam penelitian mereka, selulosa diisolasi dari jantung pisang melalui tiga tahap proses, yaitu perlakuan alkali, bleaching, dan hidrolisis asam.
“Selulosa merupakan polimer alami yang mudah terurai, dan dengan metode yang tepat bisa diolah menjadi turunan ester. Yang menarik, kami menggunakan pendekatan green chemistry, sehingga prosesnya lebih efisien, hemat energi, dan minim limbah,” jelas Syafira, Senin (6/10/2025).
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa penggunaan pelarut aseton dalam reaksi sintesis menghasilkan kondisi paling optimal dengan rendemen tinggi. Uji laboratorium menggunakan FTIR, SEM, dan TGA menegaskan kualitas produk yang dihasilkan. Tidak hanya itu, analisis perbandingan energi juga membuktikan, bahwa metode ramah lingkungan ini jauh lebih efisien dibandingkan cara konvensional.
Menurut para peneliti, temuan ini bukan sekadar inovasi di bidang kimia, tetapi juga solusi nyata terhadap dua persoalan sekaligus, yakni pengelolaan limbah pertanian dan pencarian bahan baku alternatif yang lebih ramah lingkungan.
“Dengan memanfaatkan limbah jantung pisang, kita tidak hanya mengurangi potensi pencemaran, tetapi juga membuka peluang baru untuk pengembangan material berbasis biomassa yang lebih berkelanjutan,” tambah tim peneliti.
Penelitian ini, lanjutnya, bahkan sudah dipamerkan dalam International Conference of the Indonesian Chemical Society (ICICS) yang diselenggarakan di Semarang. Melalui forum internasional ini, karya inovatif mahasiswi dan dosen UNS ini mendapat apresiasi dan perhatian lebih luas dari para akademisi dan peneliti di bidang kimia.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pijakan awal menuju industri kimia hijau di Indonesia. Selain mendukung ekonomi sirkular, inovasi ini juga selaras dengan tren global yang menuntut keberlanjutan dan efisiensi energi dalam setiap proses produksi. (rj2)