SIDOARJO (RadarJatim.id) — Kepala Kemenag Kabupaten Sidoarjo Dr. H. Muh. Arwani, M.Ag M.H.I memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada salah satu guru MI Ma’arif Pagerwojo Buduran Sidoarjo, Muhammad Dzikrudin Djazuli, S.Pd karena telah berhasil meluncurkan buku ‘Ruang Baca Ruang Dengar’ hasil karyanya sendiri.
Buku yang mendapatkan penguatan dari Dr. Listiyono Santoro, S.S M.Hum Dosen Fak. Ilmu Budaya Unair Surabaya dan Moh. Syaifudin, S.S.I M.Pd.I Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Arab dan Dakwah Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya ini, menurut Mas Diki_sapaan akrab Muhammad Dzikrudin Djazuli bahwa buku ini merupakan sajian dokumentasi pengalaman mengajarnya selama lima tahun, terhitung ketika buku ini ditulis.
Ia kakatan, pemicu awalnya adalah, dalam salah satu pembicaraan santai dengan Listiyono Santoso, ia melemparkan satu tantangan untuk berkolaborasi, yakni membuat buku pendidikan tentang catatan pengalaman guru, yaitu tentang praktik baik selama mengajar.
“Atau bersedia menjadi mentor dalam hal kepenulisan buku. Dari situ saya berkeinginan menjawab tantangan tersebut. Saya mencoba mencari foto-foto di memory HP dan mulai belajar lagi menuangkan ide atau gagasan lewat tulisan,” kata Mas Diki, pada Selasa (5/9/2023) siang.
Mas Diki menguraikan isi buku hasil karyanya, yakni pada Bab I, saya seolah menjadi seorang pendidik yang idealis dan skeptis, memiliki alur pikiran kritis. Mempertanyakan kenapa pendidikan kita seperti ini, apa yang salah dari kita, dan bagaimana jalan keluarnya.
Lanjutnya, pada Bab II, banyak menceritakan special moment, yaitu pengalaman dalam proses pembelajaran ketika seorang guru membuat atau menemukan saat-saat yang berkesan dalam aktivitasnya. Sebuah aktivitas belajar yang mampu mengubah kesulitan pemahaman siswa karena beberapa hal, menjadi mudah. Serta mampu membuat pembelajaran yang berkesan dan menyenangkan.
“Tentunya membuat special moment praktik baik di kelas membutuhkan upaya yang tinggi. Harus mengonsep ide, menyiapkan materi, alat dan bahan, sampai nanti cara eksekusinya,” urainya.
Sedangkan, pada Bab III, Mas Diki mencoba merefleksikan, memahami persoalan mendasar yang sering kali dialami oleh guru. Sebagai pelaku perubahan, kadang guru tahu bahwa ia memang harus berubah, tapi terlalu banyak hal dan situasi yang menghalangi guru untuk maju. “Oleh karena itu, halangan-halangan yang ada mesti ditinjau secara kritis, dikomunikasikan, kemudian dicarikan jalan keluarnya,” ungkapnya.
Lebih lanjut, harapan yang diletakkan di pundak guru, baik itu oleh masyarakat maupun lembaga ataupun oleh negara. Jika tidak dipahami secara realistis akan membuat guru tidak berkembang. Bagaimanapun guru juga manusia, karena itu ia butuh zona nyaman untuk melakukan tugas mulianya. Tugas mulia guru itu hanya bisa terwujududkan jika para guru diberikan ruang.
“Sejalan dengan judul dari buku ‘Ruang Baca Ruang Dengar’ saya berharap profesi guru dimaknai dengan sebenar-benarnya, bukan sekedar profesi kelas tiga,” harap alumni Fak Tarbiyah UIN Sunan Ampel Surabaya.(mad)







