LUMAJANG (RadarJatim.id) – Diperkirakan satu bulan lagi ribuan kepala keluarga (KK) pengungsi korban letusan Gunung Semeru sudah dapat menempati hunian sementara (huntara) di tempat relokasi Desa Sumber Mujur Kec. Candipuro, Kab. Lumajang. Saat ini semua sedang dikebut untuk dapat mencapai rencana tersebut.
Terlihat alat-alat berat tengah dikerahkan untuk pembersihan lahan (land clearing) dan pemadatan di atas lahan seluas 81 hektare milik perhutani. Juga dikerjakan pelebaran jalan menuju perumahan. Sejumlah pengungsi tampak dilibatkan dalam pembuatan selokan saluran air.
Menurut Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kab. Lumajang Endah Mardiana, ST, MT, pada tahap pertama ini segera dibangun huntara sebanyak 1.300 unit dengan ukuran 4,8 meter X 6 meter. Setiap KK nantinya mendapatkan tanah seluas 10 m X 14 m.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengapresiasi kecepatan dalam penanganan pascabencana, khususnya terkait dengan huntara. Rabu siang (6/1) Gubernur didampingi Bupati Lumajang H. Thoriqul Haq., M. ML dan Dandim selaku komandan satgas relokasi, meninjau langsung ke lokasi.
“Saya, dan kita semua, memberikan apreasiasi yang luar biasa. Saya sendiri tidak menyangka bahwa ada percepatan yang luar biasa dalam penyiapan huntara ini. Dulu dari proses perizinan dari Kementerian KLHK sangat cepat. Proses land clearing sangat cepat. Sekarang sedang proses pemadatan. Kita tadi bisa melihat sudah ada rencana ada pondasi untuk huntara,” katanya.
Dikatakan, huntara percontohan itu nantinya akan dijadikan sebagai prototipe bagi huntara yang lain. Di depan huntara sudah diberi patok-patok yang nantinya akan dijadikan hunian tetap (huntap). Standar bangunan huntara akan sama dengan huntapnya. “Jadi, nanti kalau huntapnya sudah selesai dibangun, maka huntara ini bisa dijadikan tambahan kamar atau difungsikan sebagai dapur,” kata Khofifah.
Dari gambar perencanaan yang terpampang di lokasi proyek terlihat denah deretan rumah yang rapi. Di sana juga terdapat gambar lapangan olahraga, fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos) yang terintegrasi. Pada sayap kanan hunian direncanakan ada kandang ternak terpadu.
“Saya rasa ini dapat dijadikan model, dapat dijadikan referensi tentang sebuah hunian yang tidak sekadar layak huni tapi hunian itu terintegrasi dengan fasum dan fasos,” katanya.
Menurutnya, selain fasum dan fasos juga sudah dirancang hal-hal yang akan dapat menggerakkan ekonomi para penghuni. Ada aspek ekonomi yang disiapkan yang disesuaikan dengan budaya masyarakat setempat, seperti usaha peternakan.
“Pak Bupati Lumajang menyebutnya sebagai smart village dan Pak Dandim menyebut BSD Bumi Semeru Damai. Wis pokoke indah semualah,” katanya dengan tersenyum.
Semua upaya penanganan pascabencana Semeru ini dapat berjalan lancar berkat dukungan banyak pihak yang bergotong royong dan bahu membahu sesuai peran dan kapasitas masing masing-masing. Dukungan relawan, sumbangan warga, lembaga masyarakat, komunitas, dunia usaha, donatur, dermawan, dan vilantropi sangat menggembirakan. Sampai saat ini bantuan terus mengalir untuk mempercepat pemulihan. Sejumlah pihak juga masih kerap menanyakan kepada Gubernur Khofifah dengan ucapan yang selalu diawali dengan kalimat: “apa yang bisa kami bantu?”
Gubernur menjawab bahwa berdasarkan perkiraan Bupati Lumajang dan Dandim selaku satgas, huntara akan jadi satu bulan lagi. Ketika huntara sudah selesai dan pengungsi meninggalkan tenda darurat untuk memasuki huntara masing-masing maka mereka sudah harus memasak.
“Jadi seyogyanya di rumah mereka sudah ada perabotan dan barang pecah belah untuk kebutuhan memasak. Mungkin kalau ada pihak-pihak yang support untuk kebutuhan rumah tangga seperti itu tentu akan sangat bermanfaat,” katanya menyarankan. (rio)







