TULUNGAGUNG (RadarJatim.id) — Kasus stunting menjadi salah satu program utama pemerintah pusat untuk segera dituntaskan. Sehingga pihak Komisi IIII DPR RI dan BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana), tutun langsung ikut serta mengajak masyarakat bersama-sama untuk menurunkan angka stuting.
Ajakan tersebut disampaikan kepada masyarakat oleh Anggota Komisi III DPR RI H. Arteria Dahlah, ST, SH, MH saat membuka Sosialisasi KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) Bangga Kecana dan Percepatan Penurunan Angka Stunting, pada (22/10/2023) di Gedung Serbaguna Tanggul Welahan Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung.
Hadir dalam kesempatan tersebut, Wahidah P.S, S.Sos, M.Si selaku Direktur Advokasi dan Hubungan Antar Lembaga BKKBN Pusat, Toma Afriandi, SH, M.Si selaku Ketua Tim Kerja Sama Kependudukan serta Suparni selaku Kepala Dinas PPKB Kabupaten Tulungagung.
Anggota Komisi III DPR RI Arteria Dahlan menjelaskan, kalau program penurunan angka stunting merupakan program dari pusat, Program Presiden Joko Widodo agar anak-anak lahir harus dalam kondisi sehat, tidak boleh ada lagi stunting. Seperti yang telah dicanangkan bahwa, diharapkan tahun 2025 tidak ada lagi anak lahir stunting. “Dengan harapan tahun 2030 Indonesia bisa menjadikan genarasi-generasinya yang berkualitas,” harapnya.

Ia katakan, oragnisasi terkecil di Indonesia kami memiliki cita-cita, bahwa setiap insan anak yang lahir dalam keluarga itu tidak boleh kekurangan vitamin. “Agar cita-cita ini tercapai, diharapkan usia menikah itu di atas 20 tahun wanita dan di atas 25 tahun pria. Mereka harus tahu kondisinya sehat dan siap untuk menikah, dan siap hamil,” harap Arteria Dahlan.
Stunting menjadi ancaman serius bagi Indonesia untuk mewujudkan generasi emas 2045 jika tidak ditangani dengan baik dari sekarang. Indonesia sendiri pada 2045 akan mendapat bonus demografi, dimana penduduk produktif diprediksi akan mencapai dua kali lipat daripada penduduk dengan usia anak dan lanjut usia.
Namun di tengah peluang tersebut, Indonesia masih dibayangi fenomena stunting yang berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 angkanya masih 24,4%, artinya satu dari empat balita Indonesia masih mengalami stunting.
Kondisi tersebut diungkapkan Direktur Avokasi dan Hubungan Antar Lembaga Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Wahidah saat memberikan edukasi terkait Stunting kepada masyarakat di wilayah Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung.(hum.mad)







