SIDOARJO (RadarJatim.id) Pengrajin tempe di wilayah Kabupaten Sidoarjo saat ini masih membeli harga kedelai impor dengan harga Rp 10 ribu perkilogramnya. Harga ini diharapkan bisa ditekan agar lebih terjangkau atau ada subsidi harga kedelai untuk pengrajin tempe.
Aspirasi masih mahalnya harga kedelai impor ini seperti yang disampaikan Bu Yanti, salah satu pengrajin tempe asal Desa Sadenganmijen, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo. Pengrajin tempe yang sudah 30 tahun menggeluti usaha tempe rumahan ini menyampaikan harapannya saat Ir H Bambang Haryo Soekartono (BHS) berkunjung ke rumah produksi tempenya.
“Saat ini harganya (kedelai,Red) Rp 10 ribu perkilo. Setiap hari kebutuhan kedelai untuk tempe di tempat saya sekitar tiga kuintal,” ujar Bu Yanti, Rabu (21/06/2023).
Dengan harga kedelai lebih terjangkau, harapannya keuntungan yang didapat pengrajin bisa lebih banyak banyak dibandingkan saat ini, keuntungan masih menipis. Untuk produksi tempe miliknya, selama ini dipasarkan di Pasar Krian dan beberapa ada yang diambil langsung oleh pedagang eceran. Dari tiga kuintal kedelai untuk membuat tempe, diakui keuntungan kotor belum dipotong produksi sekitar Rp 900 ribu perharinya.
Ir H Bambang Haryo Soekartono, yang mendapat keluhan dan aspirasi yang disampaikan pengrajin tempe menegaskan bahwa saat ini komoditas tempe dibutuhkan oleh masyarakat. Dan sudah seharusnya harga kedelai bisa lebih murah dibandingkan saat ini yang masih diangka Rp 10 ribu perkilogramnya.
“Saya melihat dan mendengar kesulitan kesulitan dari pengrajin tempe ini. Harga kedelai impor seharusnya bisa ditekan lagi. Perlu adanya kepedulian pemerintah terhadap UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) seperti pengrajin tempe ini,” kata BHS, panggilan akrab Ir H Bambang Haryo Soekartono.
Dewan Pakar DPP Partai Gerindra ini melihat bahwa produksi tempe Sidoarjo diminati masyarakat. Seperti tempe produksi Bu Yanti yang perhari tiga kuintal hanya untuk memasok satu pasar saja yakni di Pasar Krian. Padahal masih banyak pasar lain yang membutuhkan, ini yang perlu didukung pemerintah daerah.
Caranya dengan penguatan modal usaha dengan bunga ringan dari bank pemerintah daerah. Selain itu juga perlu swasembada kedelai dan pemanfaatan lahan pertanian di Sidoarjo untuk lumbung produksi kedelai. Mengingat di Sidoarjo juga punya lahan persawahan yang produktif.
Sedangkan pasokan tempe di beberapa pasar di Sidoarjo saat ini juga di pasok dari kabupaten lain seperti ada tempe Malang, Kediri hingga tempe Pekalongan. “Sebisa mungkin produksi Sidoarjo dimanfaatkan warga Sidoarjo. Kita harus dukung pengrajin tempe untuk mengembangkan usahanya,” pungkas anggota DPR RI periode 2014-2019 ini. (RED)







