SURABAYA (RadarJatim.id) Paslon Walikota dan Wakil Walikota Surabaya nomor urut 1 Eri Cahyadi-Armuji babak belur melawan paslon nomor urut 2 Machfud Arifin-Mujiaman (MAJU) berdasarkan hasil survei lembaga kredibel Poltracking Indonesia. Berdasarkan temuan lembaga kenamaan Indonesia tersebut, pasangan Machfud Arifin-Mujiaman unggul jauh dengan selisih 17.6 persen suara.
“Dengan simulasi surat suara elektabilitas pasangan Machfud Arifin-Mujiaman 51.7 persen dan Eri-Armuji 34.1 persen,” ungkap Peneliti Poltracking Indonesia, Masduri.
“Keunggulan ini kami temukan saat kami melakukan survei periode 19-23 Oktober 2020. Tapi secara tren dari awal tahun hingga rekom, Paslon MAJU memang unggul,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Masduri memaparkan dari data tersebut terdapat 5 persen warga Surabaya yang merahasiakan jawabannya. Sementara itu, sebanyak 9.2 persen belum menentukan pilihannya atau undecided voters.
Selain itu, Poltracking Indonesia juga memetakan elektabilitas kandidat kepala daerah Kota Surabaya secara tunggal atau tidak berpasangan. Secara head to head Machfud Arifin juga mengunguli Eri Cahyadi sebesar 17.6 persen suara.
“Dalam pertanyaan kandidat tunggal Walikota atau tidak berpasangan, Machfud Arifin memperoleh suara 51.9 persen dan Eri Cahyadi 34.3 persen sedangkan pemilih yang merahasiakan jawaban sebanyak 6.0 persen dan undecided voters sebesar 7.8 persen,” ujar Masduri.
Sementara itu, Mujiaman unggul 16.8 persen dari pesaingnya yakni Armuji. Di kategori ini, jumlah pemilih yang merahasiakan jawabannya dan belum menentukan pilihan lebih tinggi dari kandidat Walikota Surabaya yang mana masing-masih berjumlah 10.4 persen dan 11.4 persen.
“Sama halnya dengan elektabilitas kandidat tunggal Wakil Walikota, tingkat elektabilitas Mujiaman berada di 47.5 persen lebih unggul dari Armuji yang meraih 30.7 persen,” tutur Masduri.
Masduri menyimpulkan, sesuai tren yang diperoleh dari Survei Poltracking, Paslon MAJU berpeluang melenggang memenangi Pilkada Surabaya 2020. Namun demikian, masih ada waktu sebelum pemilihan yang juga bisa berpeluang memenangi suara pemilih.
“Kalau dilihat dari trennya yang terjadi MA berpeluang besar memenangkan Pilkada nanti. Tapi siapa nanti yang bisa memanfaatkan suara dari swing voter dan pemilik suara yang belum menentukan pilihan itu nanti yang akan memenangkan pilkada surabaya,” ujar Masduri.
Tambahan informasi, Poltracking Indonesia menyelenggarakan survei pada 19 – 23 Oktober 2020 dengan menggunakan metode stratified multistage random sampling. Jumlah sampel dalam survei ini adalah 1200 responden dengan margin of error +/- 2.8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Klaster survei ini menjangkau 31 kecamatan di seluruh Kota Surabaya secara proporsional berdasarkan data jumlah populasi pemilih terakhir, sedangkan stratifikasi survei ini adalah proporsi jenis kelamin pemilih. Metode sampling ini meningkatkan representasi seluruh populasi pemilih secara lebih akurat.
Pengumpulan data dilakukan oleh pewawancara terlatih melalui wawancara tatap muka dengan kuesioner terhadap responden yang telah terpilih secara acak. Setiap pewawancara mewawancarai 10 responden untuk setiap satu kelurahan terpilih. (RJ1/Red)






