Oleh: Mamik Arifah
Pendidikan pada jenjang sekolah dasar memiliki tanggung jawab besar, tidak hanya dalam mencetak generasi yang unggul secara akademik, tetapi juga dalam membentuk generasi yang memiliki kesadaran tinggi untuk menghargai dan melestarikan warisan budaya bangsa.
Di usia dini, siswa mulai mengenal nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya lokal mereka, seperti gotong-royong, kedisiplinan, dan rasa hormat terhadap sesama. Literasi budaya menjadi salah satu instrumen penting dalam mewujudkan hal ini, terutama di tengah derasnya arus globalisasi yang sering kali menggerus nilai-nilai lokal dan menggantikannya dengan budaya populer yang serba instan.
SDN Ketajen 2 adalah salah satu contoh nyata sekolah yang berhasil mengimplementasikan literasi budaya secara terpadu dalam kehidupan belajar mengajarnya. Sekolah ini memandang literasi budaya bukan hanya sebagai pelengkap, tetapi sebagai bagian integral dari kurikulum pendidikan karakter.
Melalui berbagai kegiatan yang melibatkan seni, tradisi, dan nilai-nilai budaya lokal, SDN Ketajen 2 membuktikan bahwa literasi budaya dapat dijadikan jembatan untuk mendekatkan siswa dengan akar budaya mereka, sambil tetap relevan dengan tuntutan pendidikan modern.
Langkah-langkah yang dilakukan SDN Ketajen 2 mencakup berbagai kegiatan pembelajaran berbasis budaya lokal. Siswa diajak untuk mengenal kesenian khas daerah seperti tari remo, seni musik patrol, dan kerajinan batik Sidoarjo. Melalui kegiatan ini, siswa tidak hanya belajar tentang teknik seni dan kerajinan, tetapi juga memahami nilai-nilai historis dan filosofis yang terkandung di dalamnya. Misalnya, tari remo bukan sekadar tarian tradisional, tetapi juga mengajarkan keberanian dan kepercayaan diri kepada siswa.
Lebih dari itu, SDN Ketajen 2 juga memanfaatkan literasi budaya untuk memperkuat karakter siswa. Nilai-nilai seperti kerjasama, tanggung jawab, dan kreativitas ditanamkan melalui kegiatan kolaboratif, seperti membuat karya seni tradisional secara berkelompok atau berpartisipasi dalam lomba pantun dan permainan tradisional. Dengan pendekatan ini, siswa tidak hanya mendapatkan pengalaman belajar yang menyenangkan, tetapi juga membangun keterampilan sosial yang penting untuk masa depan mereka.

Namun, upaya dalam mengimplementasikan literasi budaya tidak lepas dari berbagai tantangan. Salah satu tantangan utama adalah bagaimana memastikan bahwa kegiatan literasi budaya dapat terus relevan dan menarik minat siswa yang hidup di era digital. Untuk mengatasi hal ini, sekolah berupaya mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran budaya, misalnya dengan menggunakan media audiovisual untuk memperkenalkan seni dan tradisi lokal, atau mendokumentasikan kegiatan siswa dalam bentuk video yang dapat diakses secara online.
Manfaat Literasi Budaya Bagi Siswa
1. Meningkatkan Rasa Bangga terhadap Budaya Lokal
Dengan mengenalkan lebih dalam tentang seni tari, musik tradisional, dan cerita rakyat, siswa SDN Ketajen 2 diajarkan untuk mencintai budaya mereka sendiri. Kegiatan seperti belajar seni musik patrol dan tari remo membantu siswa memahami bahwa budaya lokal adalah warisan yang harus dibanggakan dan dilestarikan.
2. Membangun Kreativitas Siswa
Literasi budaya tidak hanya memperkenalkan tradisi, tetapi juga memicu kreativitas siswa. Misalnya, dalam kegiatan membuat motif batik Sidoarjo, siswa dapat mengembangkan kemampuan desain mereka sekaligus belajar tentang filosofi di balik motif-motif tersebut.
3. Penguatan Karakter dan Etika
Banyak elemen budaya lokal yang sarat dengan nilai-nilai luhur, seperti gotong-royong, kesederhanaan, dan hormat terhadap sesama. Melalui program literasi budaya, siswa diajarkan untuk menginternalisasi nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari.
4. Meningkatkan Keterampilan Sosial
Kegiatan kolaboratif seperti lomba pantun, permainan tradisional, dan seni pertunjukan membantu siswa belajar bekerja sama, berkomunikasi dengan baik, dan menghargai pendapat orang lain.
Implementasi Literasi Budaya
Dalam pandangan saya, SDN Ketajen 2 berhasil menjadikan literasi budaya sebagai bagian integral dari kegiatan sekolah melalui pendekatan yang terstruktur dan inovatif. Berikut beberapa program yang telah diterapkan:
1. Program Jum’at Ketiga Jawa Sehari (JuGaJaRi)
SDN Ketajen 2 memperkenalkan program Jumat Jawa Sehari atau disingkat JuGaJaRi sebagai bentuk nyata implementasi literasi budaya di lingkungan sekolah. Program ini bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai budaya Jawa kepada generasi muda melalui kegiatan yang edukatif dan interaktif. Seluruh warga sekolah mengenakan pakaian tradisional Jawa, sebagai simbol penghormatan terhadap tradisi.
Selain itu, siswa diajak untuk mempelajari aksara Jawa, tembang-tembang tradisional, dan cerita rakyat yang kaya akan pesan moral. Dilengkapi dengan praktik budaya, permainan tradisional dan mengucapkan salam dalam bahasa Jawa yang diucapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti matur nuwun, nderek langkung, nyuwun pangapunten.
Dengan pendekatan yang integratif ini, program JuGaJaRi tidak hanya memperkuat identitas budaya siswa tetapi juga membangun karakter mereka melalui nilai-nilai kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi. Diharapkan menjadi inspirasi bagi sekolah lain untuk mengintegrasikan literasi budaya ke dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Integrasi Kurikulum
Integrasi literasi budaya dalam kurikulum adalah langkah strategis untuk memperkenalkan budaya kepada siswa. Dalam mata pelajaran Seni Budaya, siswa belajar seni musik patrol, yang merupakan salah satu budaya khas Sidoarjo. Di mata pelajaran Bahasa Indonesia, siswa didorong untuk menulis cerita pendek berbasis legenda lokal, seperti asal-usul Lumpur Lapindo.
3. Kegiatan Ekstrakurikuler
Sekolah menyediakan kegiatan ekstrakurikuler seni tari yang mengajarkan tarian tradisional, seperti remo dan jaranan. Kegiatan ini tidak hanya melatih keterampilan seni siswa, tetapi juga menanamkan rasa bangga terhadap budaya daerah. Selain itu, lomba-lomba budaya seperti pantun dan permainan tradisional memperkaya wawasan budaya siswa.
4. Penyediaan Media Multiliterasi
Perpustakaan sekolah dilengkapi dengan koleksi buku cerita rakyat dan informasi tentang tradisi lokal. Di setiap kelas, terdapat sudut literasi budaya yang memajang hasil karya siswa, seperti gambar motif batik Sidoarjo dan tulisan tentang tradisi sedekah bumi. Dalam implementasi literasi budaya SDN Ketajen 2 mengkombinasikan dengan jenis literasi yang lain, seperti literasi digital sebagai media publish kegiatan.
5. Kolaborasi dengan Komunitas Lokal
SDN Ketajen 2 berkolaborasi dengan seniman lokal untuk melatih siswa dalam seni tari dan musik. Kegiatan seperti kunjungan edukasi ke sentra batik tulis Sidoarjo memberikan pengalaman langsung yang memperkaya pemahaman siswa terhadap budaya lokal
Keberhasilan Implementasi Program
Menurut saya, implementasi literasi budaya di SDN Ketajen 2 memberikan dampak yang sangat positif, baik bagi siswa maupun lingkungan sekolah. Program ini mampu mengembangkan rasa cinta siswa terhadap budaya lokal, sekaligus memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan.
Namun, ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah keberlanjutan program ini. Program literasi budaya membutuhkan komitmen jangka panjang dari semua pihak, termasuk dukungan dari orang tua siswa dan pemerintah daerah. Selain itu, diperlukan pelatihan lebih lanjut bagi guru untuk memperdalam pemahaman mereka tentang budaya lokal sehingga materi yang disampaikan lebih kaya dan akurat.
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan mengenai implementasi literasi budaya di SDN Ketajen 2 adalah bahwa pendidikan di jenjang sekolah dasar tidak hanya bertujuan mencetak generasi yang unggul secara akademik, tetapi juga generasi yang mampu menghargai, melestarikan, dan meneruskan warisan budaya bangsa.
Di tengah arus globalisasi yang semakin kuat dan masif, pengenalan budaya lokal melalui pendidikan menjadi langkah strategis untuk menanamkan identitas dan karakter nasional kepada siswa sejak dini.
SDN Ketajen 2 telah membuktikan bahwa literasi budaya dapat diintegrasikan secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar, baik melalui pembelajaran berbasis seni dan budaya, pengenalan tradisi lokal, maupun keterlibatan siswa dalam kegiatan praktis yang merepresentasikan nilai-nilai budaya.
Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa literasi budaya tidak hanya sekadar teori, tetapi juga dapat diwujudkan dalam kegiatan konkret yang melibatkan siswa, guru, dan masyarakat sekitar, sehingga menciptakan lingkungan pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada prestasi akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter berbasis budaya. Upaya ini memberikan dampak positif yang signifikan, seperti meningkatnya pemahaman siswa terhadap budaya lokal, tumbuhnya rasa cinta terhadap warisan budaya bangsa, dan kemampuan siswa untuk mengapresiasi keanekaragaman budaya di Indonesia.
Meskipun masih menghadapi berbagai tantangan, seperti keterbatasan waktu pembelajaran dan kurangnya dukungan teknologi dalam melestarikan budaya lokal, SDN Ketajen 2 telah menjadi contoh yang baik bagaimana literasi budaya dapat diterapkan dengan kreativitas dan komitmen. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan dunia pendidikan, untuk mendukung program-program literasi budaya seperti yang dilakukan SDN Ketajen 2.
Dengan dukungan yang memadai, tidak hanya siswa yang akan merasakan manfaatnya, tetapi juga generasi mendatang yang akan tumbuh sebagai individu yang cerdas, berkarakter, dan bangga terhadap identitas budaya bangsanya. Implementasi literasi budaya di sekolah dasar ini menjadi pondasi penting bagi penguatan nilai-nilai budaya dan pembentukan generasi penerus bangsa yang memiliki jiwa nasionalisme kuat di tengah era globalisasi.*
*) Penulis adalah Kepala SDN Ketajen 2 Kecamatan Gedangan
Mahasiswa FIP Program Studi S2 Pendidikan Dasar Universitas Negeri Surabaya.
Dosen Pengampu : Dr. Ganes Gunansyah,S.Pd., M.Pd. Dr. Hitta Alfi Muhimmah







