SIDOARJO (Radar Jatim.id) Sejak diterapkan program Profil Pelajar Pancasila setahun yang lalu. Siswa MI Ma’rif Pagerwojo, Kecamatan Buduran Sidoarjo karakter siswanya bisa terbentuk saja dini. Sehingga madrasah tersebut kini mempunyai dua karakter unggulan, yakni ‘Ayo Shalat dan Ayo Santun’.
Salah guru pendamping, Muhammad Dzikruddin Djazuli, S.Pd menjelaskan pembentukan karakter Ayo Shalat kita terapkan dalam bentuk salat berjamaah, kalau di sekolah ya shalat dhuha dan shalat dhuhur. Sedangkan untuk karakter Ayo Santun diintegrasikan kedalam 6 S, yakni senyum, salam, sapa, salim, sopan dan santun.

Menurutnya, proses pembentukan karakter itu dilakukan kedisiplinan mulai masuk pintu gerbang sekolah. Diantaranya melakukan jabatan tangan dengan bapak/ibu guru, karena sekarang ini lagi pandemi, jabat tangan cukup dari jauh dan tidak menyentuh tangan. Selanjutnya menjalankan prokes dan masuk kelas masing-masing.
Di dalam kelas, mereka tidak langsung mendapatkan materi pembelajaran, namun lebih pada pembentukan karater yang lebih positif dulu, setelah itu baru dimulai materi pembelajaran. “Bahkan ketika pulang sekolah mereka juga diajari atau diterapkan karakter kedisiplinan luar kelas, perjalanan hingga ke rumah orang tuanya,” jelas Djazuli.
Menariknya dalam penerapan Profil Pelajar Pancasila, untuk punishment bagi siswa yang melakukan pelanggaran di sekolah atau di kelas itu ditentukan secara bersama-sama, diputuskan bersama siswa satu kelas. “Kalau sebelumnya untuk punishment dilakukan semaunya oleh para guru kelas, sekarang tidak lagi. Sekarang menggunakan keputusan bersama dari usulan-usulan berapa siswa yang disepakati bersama juga,” ungkapnya.
“Sehingga untuk punishment itu bisa tiap-tiap kelas itu berbeda-beda tergantung keputusan yang disepakati oleh mereka sendiri. Jadi hukuman dan kontrak belajar dengan model seperti apa itu atas kesepakatan siswa bersama, guru hanya tinggal memfasilitasi saja,” terangnya.

Manfaatnya sangat terlihat, maunya anak-anak diberi sanksi seperti ini, otomatis mereka sudah terbentuk untuk tanggungjawab dan kosekeuensi atau hukuman tersebut, karena mereka sendiri yang membuat. “Mereka rata-rata membuat hukuman juga yang baik-baik. misal melanggar hukumannya akan menulis istigfar 50 kali, murojaah surat yasin, bahkan ada yang mau piket selama seminggu. Jadi itu semua dibuat dan disepakati bersama-sama siswa dan guru kelas, sehingga gurunya tidak perlu teriak-teriak lantang seperti dulu,” ungkap Djazuli.
Guru kelas 3 Rifki Norma Hasrinda dengan penerapan Profil Pelajar Pancasila ini efeknya banyak sekali. Anak-anak menjadi sangat disiplin dan nyaman dalam proses belajaranya. “Bahkan bila ada siswa yang melanggar aturan, mereka juga nyaman menjalani hukumannya, karena punishment itu juga mereka sendiri yang menentukan. Sehingga mereka tidak merasa berat menjalaninya. Bukan hanya punishment tentunya rewardnya juga ada,” jelas Bu Norma_sapaan akrabanya.
Kepala MI Ma’rif Pagerwojo Sidoarjo M. Qosim, S.Pd.I menuturkan kalau penerapan karakter ini sebenarnya sudah lama kami lakukan sebelum ada pendampingan dari Tim Inovasi dan Unair Surabaya. Cuma waktu itu tidak terkonsep dengan jelas, berkat adanya pendampingan ini menjadi lebih baik, banyak masukan-masukan, ada materi, ada bimbingan yang terkonsep dengan jelas. “Dari semua itu bisa kita pelajari, kita pahami sehingga kita mampu menyempurnakan yang lebih baik lagi. Karena sesuatu yang baru, menimbulkan ketertarikan, sehingga kita bisa melaksanakan seperti sekarang ini,” tuturnya.
Ia katakan, di MI Ma’arif Pagerwojo ini sebanyak 1.211 siswa masuk dalam 30 kelas, dan 83 guru dan pegawai. Dengan adanya penerapan Profil Pelajar Pancasila ini banyak sekali perubahannya. “Sebelumya semuanya berjalan biasa-biasa saja, sekarang menjadi lebih baik karena sudah terprogram. Sehingga guru-guru itu mampu dan banyak inisiatif membuat peraturan dan tatip itu karena ada bimbingan tersebut, menjadi terarah tertata dengan baik. Ya tinggal melestarikan saja,” terang Pak Qosim pada (17/2/2022) pagi.(aim)







