Kuliner jaman dulu (jadul) ibarat jembatan mesin waktu. Menikmatinya serasa menarik ikatan emosional yang membawa ke suasana masa lalu, masa yang menunjukkan periodisasi zaman yang telah lama terlewati.
Hal itu terasa banget tatkala kita mengunjungi Pasar Panganan Giri Biyen (pasar makanan Giri zaman dahulu, red) di kampung Kajen, Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur yang berlangsung pada Minggu (14/12/2025). Tidak hanya kuliner, suasana di kampung bernuansa vintage tempo dulu yang menyerupai pasar zaman dahulu.
Tak hanya itu aneka wadah/alas tempat berjualan maupun alas makanan terbuat dari tanah liat. Demikian pula alat tukar yang digunakan juga menggunakan keping uang logam berwarna mas maupun perak dan busana yang dipakai penjualnya menunjukkan kekhasan tradisi di kawasan Giri.
Sejak pukul 06.30 WIB, ratusan pengunjung langsung menelusuri stand-stand yang disediakan, seakan bernostalgia aneka jajan minuman dan makanan zaman dulu.

Ketua Panitia Pasar Panganan Giri Biyen, Nurul Dhuha, menyampaikan, maksud dan tujuan diadakannya kegiatan ini. Pasar ini, katanya, secara spesifik mengangkat budaya kuliner tradisional sebagai produk utamanya yang sejak nenek moyang dahulu sudah ada, khususnya yang ada di kampung Kajen, Dsa Giri.
Ia menambahkan, jajan dan makanan yang dijual di antaranya: sego karak, godho tempe, sego pecel, sego dodo, lontong room, kowi, jongkong, pontir, jemblem, bantol, tetel, srawut, sumpil, awok sagu, ketan lamaran, ketan pleret, nogosari, bongko kacang ijo. Selain itu, juga ada kupat ketek, kue kentang, glali kemplong, glali ulur, kacang noga, es sinom, es temulawak, es trancam, es cao, pokak, es dawet, es bubur gempol, es serut, es lilin, dan stan dolanan jadul.
Uniknya, saat bertransaksi tidak menggunakan uang (resmi) secara langsung, tetapi dengan terlebih dahulu menukarkan uangnya di gerai atau konter pembayaran kepada petugas yang telah berjaga. Uang resmi ditukar dulu dengan koin logam dengan lubang di tengah (mata uang gobog zaman Kerajaan Majapahit). Setiap pedagang atau penjualnya, menggunakan pakaian kebaya lengkap dengan kerudung kurosi (pakaian khas Giri).
Kegiatan ini diprakarsai oleh Komunitas Giri Simbo, sebagai bentuk pelestarian kuliner tradisional, serta penguatan budaya lokal dan sebagai upaya merawat warisan kuliner Giri yang sarat nilai sejarah dan kearifan lokal. Lebih dari sepekan ini, flyer dan pamflet kegiatan ini berseliweran di platform media sosial (medsos), seperti TikTok, Instagram, dan YouTube yang menjadikan dalam hitungan cuma sejam, makanan dan jajanan jadul ini ludes diserbu pengunjung.

Ditemui di tempat terpisah, Kepala Bidang Dinas Pariwisata Ekonomi Kreatif Budaya Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gresik, Mudi Rahayu, memberikan kesan tentang kegiatan ini. Jajanan pasar semacam ini, katanya, dulu murah (harganya) dan kini bernilai nostalgia.
“Kembalinya popularitas jajanan pasar jajan tradisional semacam ini, dulu dianggap makanan rakyat jelata, kini dapat tampil kembali sebagai ‘bintang’ di berbagai festival kuliner dan konten viral.
Di tengah gempuran menu modern, tren kuliner jadul ternyata masih memiliki tempat sendiri di masyarakat,” katana.
Salah satu alasan jajanan klasik tetap banyak diminati adalah tesktur kuenya lembut dengan isian padat, namun lembut yang ternyata sangat digemari oleh banyak orang Indonesia dan cenderung berasa manis dan legit di lidah
Di tengah dunia yang semakin cepat dan penuh distraksi, kuliner jadul Indonesia memberikan rasa pulang, baik secara fisik maupun emosional. Sebab, dalam setiap suapan panganan jadul tersimpan lebih dari sekadar rasa, ada cinta, kenangan, dan warisan yang tak ternilai harganya. (Mahfudz Efendi)







