• Pasang Iklan
  • Redaksi
  • Contact
Senin, 22 Desember 2025
No Result
View All Result
e-paper
Radar Jatim
  • Home
  • Bisnis
  • Hukum dan Kriminal
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Lifestyle
  • Contact
  • Home
  • Bisnis
  • Hukum dan Kriminal
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Lifestyle
  • Contact
No Result
View All Result
Radar Jatim
No Result
View All Result
Home Esai/Kolom

Menjembatani Sunyi: Reinterpretasi Hari Ibu di Tengah Kebisingan Gen Z

by Radar Jatim
22 Desember 2025
in Esai/Kolom
0
Menjembatani Sunyi: Reinterpretasi Hari Ibu di Tengah Kebisingan Gen Z

Absul Rokhim Ashari

24
VIEWS

Oleh Abdul Rokhim Ashari*

Di sebuah sudut kota, sebuah pintu kamar setengah terbuka menjadi saksi bisu perbedaan zaman. Di dalamnya, seorang pemuda Gen Z terpaku pada layar ponsel yang berpendar, bergelut dengan hiruk-piruk dunia digital yang tak pernah tidur.

Di luar, sang ibu melangkah pelan menuju dapur, memastikan sarapan tersedia tanpa banyak kata. Adegan ini adalah potret jamak di rumah-rumah kita hari ini: sebuah koeksistensi yang harmonis secara fisik, namun sering menyimpan “jarak komunikasi” yang lebar.

Hari Ibu, yang saban tahun kita peringati setiap 22 Desember, kerap terjebak dalam romantisme seremonial. Kita sibuk mengunggah foto dengan takarir (caption) manis, namun abai pada kenyataan, bahwa di balik tembok rumah, ada percakapan sunyi yang perlu disambung kembali. Antara ibu dan anak Gen Z, ada dua frekuensi yang berbeda yang tengah mencari titik temu.

Benturan Literasi Emosional

Ibu dan Gen Z tumbuh dalam ekosistem nilai yang kontras. Para ibu umumnya dibesarkan dalam kultur “ketangguhan fisik”. Bagi mereka, kasih sayang dibuktikan dengan kerja nyata dan tanggung jawab yang tuntas. Lelah adalah risiko, dan keluh kesah adalah kemewahan yang jarang diambil.

Di seberangnya, Gen Z adalah generasi yang sangat vokal terhadap literasi emosional. Mereka akrab dengan istilah burnout, kesehatan mental, hingga beban eksistensial akibat tekanan media sosial. Ketika anak mulai berbicara tentang kelelahan mental, sang ibu terkadang terdiam. Bukan karena tidak peduli, melainkan karena ia tidak memiliki “kamus” yang sama untuk menerjemahkan perasaan tersebut.

Kesalahpahaman pun tak jarang muncul. Ibu merasa anaknya terlalu rapuh atau menarik diri. Sementara anak merasa ibunya terlalu menuntut tanpa memahami beban psikis yang mereka pikul. Keduanya terjebak dalam kebisingan ekspektasi masing-masing.

Namun, jika ditelisik lebih dalam, peran ibu bagi Gen Z justru menjadi lebih krusial di era disrupsi ini. Di tengah dunia internet yang serba cepat, kompetitif, dan penuh perbandingan sosial, kehadiran ibu adalah “jangkar” yang menambatkan anak pada realitas.

Ibu menyediakan sesuatu yang tidak bisa diberikan oleh algoritma mana pun: ruang aman (safe space). Rumah yang dikelola ibu bukan sekadar tempat bernaung dari hujan dan berteduh dari terik mentari, melainkan tempat pulang di mana seorang anak boleh merasa gagal tanpa perlu dihakimi. Meski mungkin sang ibu tak paham rumitnya dinamika dunia kerja lepas atau standar estetika digital, ketenangan yang ia bawa ke meja makan adalah bentuk “penyembuhan” yang paling murni.

Di sisi lain, Gen Z mulai belajar melihat sang ibu dengan kacamata yang lebih manusiawi. Mereka mulai menyadari, bahwa ketabahan ibu bukan terjadi secara otomatis, melainkan hasil dari latihan kesabaran selama puluhan tahun.

Merawat Relasi Antargenerasi

Menjadikan Hari Ibu sebagai momentum reflektif berarti mengakui, bahwa merawat hubungan antargenerasi adalah pekerjaan harian, bukan tugas tahunan. Ada beberapa langkah kecil yang bisa diambil untuk menjembatani kesunyian tersebut.

Pertama, mendengar tanpa menghakimi. Ibu perlu memberikan ruang bagi anak untuk mengekspresikan kerapuhannya. Sementara anak perlu belajar menghargai bahasa kasih ibu yang berupa tindakan fisik.
Kedua, kehadiran tanpa gawai. Menaruh ponsel sejenak saat makan bersama adalah bentuk penghormatan tertinggi di era digital ini.

Ketiga, penerimaan atas ketidaksempurnaan. Hubungan ibu dan anak tidak harus selalu berjalan mulus tanpa konflik. Jarak yang ada justru menjadi ruang bagi keduanya untuk saling belajar: ibu belajar melepas kendali, anak belajar memahami tanggung jawab.

Pada akhirnya, Hari Ibu adalah tentang upaya kecil yang konsisten untuk tetap saling mendengar. Di tengah dunia yang semakin bising oleh tuntutan pencapaian, baik ibu maupun Gen Z sebenarnya sedang berjalan ke arah yang sama: mencari ketenangan dan pengakuan sebagai manusia utuh.

Makna Hari Ibu hari ini, 22 Desember 2025, bukan terletak pada kemeriahan perayaan, melainkan pada keberanian untuk membuka pintu kamar yang setengah tertutup itu, duduk bersama, dan memulai percakapan yang jujur. Karena pada akhirnya, di dunia yang serbasemu ini, hanya kasih sayang ibu yang tetap menjadi kenyataan yang paling jujur. {*}

*) Abdul Rokhim Ashari, Guru di SD Muhammadiyah 1 Giri, Kebomas, Gresik, Jawa Timur.

Tags: Abdul Rokhim Asharihari ibuKebisingan Gen ZMenjembatani SunyiReinterpretasi

Related Posts

Peringati Hari Ibu ke-97, Polres Gresik Tegaskan Kesetaraan Gender Fondasi Indonesia Emas 2045

Peringati Hari Ibu ke-97, Polres Gresik Tegaskan Kesetaraan Gender Fondasi Indonesia Emas 2045

by Radar Jatim
22 Desember 2025
0

GRESIK (RadarJatim.id) – Kepolisian Resor (Polres)...

KB-TK Al Falah Darussalam Pererat Ibu dan Anak Melalui Peringatan Hari Ibu

KB-TK Al Falah Darussalam Pererat Ibu dan Anak Melalui Peringatan Hari Ibu

by Radar Jatim
14 Desember 2025
0

SIDOARJO (RadarJatim.id) -- Proses pembagian...

Nilai dan Ampunan

Hari Ibu atau Hari Guru

by Radar Jatim
22 Desember 2024
0

Oleh: Moh. Husen* Ingin rasanya...

Load More
Next Post
Ketua DPRD Sidoarjo Luncurkan Buku ‘Sidoarjo Bumi Aulia’

Ketua DPRD Sidoarjo Luncurkan Buku 'Sidoarjo Bumi Aulia'

Radar Jatim Video Update

Berita Populer

  • Tangis Haru Mewarnai Suasana Penjemputan Siswa SMA Negeri 1 Wonoayu

    Tangis Haru Mewarnai Suasana Penjemputan Siswa SMA Negeri 1 Wonoayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Soft Launching KM Dharma Kencana V, Fasilitas Mewah Berkapasitas 1.400 Penumpang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ribuan Warga Doakan Keluarga Besar SMK Antartika 2 Sidoarjo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Analisis Semantik Puisi ‘Aku Ingin’ Karya Sapardi Djoko Damono

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sehari Pasca-Kunjungan Jokowi, KEK JIIPE Manyar Didemo Ratusan Massa Sekber Gresik, Protes Rendahnya Serapan Tenaga Kerja Lokal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Radar Jatim adalah media online Jatim yang memberikan informasi peristiwa dan berita Jawa Timur dan Surabaya terkini dan terbaru.

Kategori

  • Artikel dan Opini
  • Ekonomi Bisnis
  • Ekosistem Lingkungan
  • Esai/Kolom
  • Feature
  • Finance
  • HAM
  • Hukum dan Kriminal
  • Infrastruktur
  • Kamtibmas
  • Kemenkumham
  • Kesehatan
  • Komunitas
  • Kuliner
  • Lain-lain
  • Layanan Publik
  • Lifestyle
  • Literasi
  • Nasional
  • Olah Raga
  • Ormas
  • Otomotif
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Peristiwa
  • Pertanian
  • pinggiran
  • Politik
  • Religi
  • Sastra/Budaya
  • Sosial
  • Tekno
  • TNI
  • TNI-Polri
  • video
  • Wisata

Kami Juga Hadir Disini

© 2020 radarjatim.id
Susunan Redaksi ∣ Pedoman Media Siber ∣ Karir

No Result
View All Result
  • Home
  • Politik
  • Hukum dan Kriminal
  • Nasional
  • Lifestyle
  • Tekno
  • Ekonomi Bisnis
  • Artikel dan Opini

© 2020radarjatim.id

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In