SURABAYA (radarjatim.id) – Calon Wakil Wali Kota Surabaya, Mujiaman Sukirno melanjutkan kegiatan safari politik menyapa warga Surabaya kawasan pinggir timur, tepatnya di Kelurahan Dukuh Sutorejo, Kecamatan Mulyorejo, Kota Surabaya, Selasa (29/9/2020).
Kedatangan Mujiaman disambut cukup antusias oleh puluhan warga dan tokoh masyarakat setempat. Ketua RW 04 Dukuh Sutorejo, Bukhori menyampaikan aspirasi warganya yang masih jauh dari perhatian pemerintah setempat. Salah satunya, penyaluran bantuan warga yang masih belum merata menyentuh kalangan yang membutuhkan.
BACA JUGA: Keluarga Pencak Silat (KPS) Nusantara Beri Dukungan ke MA-Mujiaman
“Kepada bapak Machfud Arifin dan Mujiaman jika nantinya menjadi walikota kami harapkan mau memperhatikan rakyat kecil termasuk warga kami di sini. Dukungan akan kami berikan untuk kemenangan pasangan MA-Ju,” ujarnya.
Setelah melakukan sapa warga dan menengok kondisi masyarakat, Mujiaman berpandangan masih banyak kampung-kampung asli warga Surabaya belum merasakan pembangunan seperti di kawasan pusat kota. Baginya, kampung harus lebih diperhatikan untuk dibangun dan dijaga semangat gotong-royongnya.
BACA JUGA: PAN Surabaya Gas Pol Menangkan MA-Mujiaman
“Seharusnya Surabaya dibangun dari kampungnya. Surabaya berangkat dari kampung-kamphngnya yang khas, khas gotong royongnya, khas cara bergaulnya, khas kebanggaannya. Ke depan orang Surabaya itu harus bangga terhadap kotanya ini,” ujar Mujiaman.
Mantan Direktur Utama PDAM ini menyampaikan, pembangunan di Surabaya masih tidak merata. Salah satunya perencanaan pembangunan desa oleh Musrembang (musyawarah rencana pembangunan) desa dirasa kurang menyeluruh hasilnya.
“Bantuan kepada RT/RW menurut saya masih masih kurang merata. Hasil Musrembang Desa belum maksimal. Dana 150 juta per-kampung harus berhasil dan bersinergi,” jelas alumnus ITS ini.
Menurut Mujiaman, ada kesenjangan dan kondisi yang njomplang antara di pusat kota dengan pinggiran dekat Pamurbaya.
“Surabaya sudah sangat bagus di jalan-jalan utama dan pusat perkotaan, tetapi di pelosok masih belum tertata. Bahkan masih ada 10.000 warga Surabaya masih antri rumah, yang punya rumah tapi tidak layak juga banyak,” ujar Mujiaman.
Dia juga kembali menyinggung, masih adanya warga yang tidak memiliki sanitasi sehari-hari yang layak. Masih banyak warga tak mandiri memiliki jamban.
“Jamban belum rata di Surabaya ini, pembangunan masih kecil terutama jamban masih banyak warga yang berbagi dengan tetangganya. Saya harap agar masalah jamban 5 tahun ke depan bisa terselesaikan,” tegas Mujiaman. (Phaksy)







