SURABAYA (RadarJatim.id) — Dalam rangkaian perayaan 20 tahun Sanggar DAUN (2004-2024), seorang seniman anak dari Sanggar DAUN Gresik, yakni Kusuma Husna unjuk karya dengan menggelar pameran tunggal di Galeri Merah Putih, Balai Pemuda kompleks Alun-alun Surabaya, Jalan Gubernur Suryo 15 Surabaya.
Pembukaan pameran berlangsung pada Sabtu (21/9/2024), Pukul 16.00 WIB. Sementara masa pamerannya, yakni mulai tanggal 21 hingga 27 September 2024, dengan jam buka galeri pukul 09.00-21.00 WIB. Menurut kurator pameran Arik S. Wartono, pameran itu terbuka untuk umum dan gratis.
Kusuma Husna, gadis cilik berusia 7 tahun adalah anak kedua dari pasangan Cahyo Kusumo dan Anita Hidayati, yang saat ini masih bersekolah kelas 1 SDN 4 Petrokimia Gresik. Bocah ini akan siap memamerkan 14 karya media cat akrilik dan gouache di atas kanvas. Tentang ukuran lukisan yang dipamerkan, terbesar ukuran 100×100 Cm dan yang terkecil 50×50 Cm.
Arik S. Wartono yang juga pendiri dan pembina Sanggar DAUN ini mengatakan, tema yang dieksplorasi oleh Kusuma Husna adalah dunia kesehariannya, mulai dari kehidupan dalam rumahnya di Gresik, lingkungan sekolahnya, tempat kerja ayahnya, sekolah tempat ibunya mengajar, juga suasana tempat tinggal neneknya di Dieng Wonosobo, Jawa Tengah.
Pengalaman wisata ke Bromo, persahabatannya dengan teman sekolah masa Taman Kanak-kanak (TK), serta apa pun yang ia imajinasikan tentang dunia satwa misalnya singa, jerapah, cumi-cumi, kerang dan lain-lain oleh Kusuma Husna ditampilkan dalam gaya kanak-kanak yang naif sekaligus unik. Semua karya dikerjakan tahun 2024 dan pameran ini dipersiapkan selama 1 tahun terakhir.

Husna bersama lukisannya.
Dalam visualisasi setiap ide dan gagasannya ke dalam kanvas, Husna sebenarnya tidak melukis apa yang ia lihat, tetapi justru melukis apa yang ia ketahui. Misalnya, saat melukis singa, detail anatomi satwa singa tidak penting baginya, bahkan bentuk singa bisa bercampur dengan imajinasi yang berkembang dalam pikiran Husna.
“Juga ketika Husna melukis dunia tempat kerja ayahnya di Rumah Sakit Petrokimia Gresik, gedung rumah sakit dan mobil ambulance yang tervisualisasi dalam karyanya, bisa jadi sama sekali tidak mirip dengan apa yang ia lihat hampir setiap hari,” tambah Arik.
Husna tidak peduli dengan bentuk fisiknya, bahkan sekalipun ia melihat fotonya. Pasalnya, Husna memang melukis semua itu berdasarkan apa yang ia tahu tentang objek yang dilukisnya, yang tentu saja lekat bercampur dengan imajinasi yang berkembang dalam pikirannya.
Bahkan ketika Husna menggambarkan suasana bermain bersama teman-teman barunya di Sekolah Dasar (SD) atau teman lamanya saat masih Taman Kanan-kanak (TK), ia lebih berpijak pada ingatannya sekaligus semua yang ia rasakan dalam persahabatan. Baginya, detail fisik teman-temannya menjadi tidak penting, sebab yang lebih penting baginya adalah suasana batin yang ia rasakan dan lekat dalam ingatannya.
“Metode melukis seperti ini, khas anak-anak yang sudah mulai keluar dari periode “coreng-moreng yang diberi nama,” ungkap Arik.
Dan, yang paling menarik dari karya-karya Kusuma Husna selain bentuk (form) aneka objek yang unik, ekplorasi teknik melukis yang ia kembangkan juga cukup beragam. Mulai dari teknik aquarel dengan media akrilik dan qouache yang encer dicampur banyak air sapuan-sapuan warna tipis, sehingga menghasilkan warna yang transparan.
“Teknik opaque terutama dengan media cat akrilik yang tidak banyak dicampur dengan air atau bahkan cat langsung dari tubenya, dengan goresan tebal, sehingga menghasilkan warna yang pekat dan padat,” jelasnya.
Beberapa bagian dalam karya Husna juga cukup beragam dalam teknik visualisasi objek. Antara goresan tebal-tipis langsung menggunakan kuas, bervasiasi dengan goresan outline tebal warna hitam menggunakan kuas maupun spidol.
Eksplorasi teknik ini tentu bisa terus dikembangkan dengan banyak variasi lainnya, misalnya teknik kolase, eksplorasi tekstur, cat semprot dan banyak ragam teknik melukis yang bisa dicoba untuk eksplorasi keragakan teknik melukis. (sto)







