SIDOARJO (RadarJatim.id) – Inilah nasihat penting dari Syech Abdul Qodir Jaelani yang sangat relevan untuk kondisi Indonesia saat ini. Yaitu di saat korupsi masih marak terjadi, penipuan dan kecurangan ada di sana-sini, ketika penyalahgunaan kewenangan menjadi hal yang biasa, dan amanah gampang disepelekan.
Nasihat ulama besar dunia itu disampaikan oleh anak cucu keturunan beliau yaitu Maulana Syecikh As-Syarif Prof. Dr. Muhammad Fadhil al Jilani dari Turki, pada saat acara Manaqib, dalam resepsi puncak seabad NU di GOR Sidoarjo, Jatim, Selasa (7/2) pukul 02.00 dini hari.
“Jadilah orang yang jujur. Ini nasihat dari Syech Abdul Qodir Jaelani kepada kita semuanya. Ketahuilah derajat yang paling tinggi setelah derajat kenabian adalah kejujuran (shiddiiqiin), kemudian derajat orang mati sahid, kemudian derajat aulia maupun orang saleh lainnya,” kata Prof Syarif Fadhil kepada hadirin peserta Manakib melalui penerjemah di sampingnya.
Dikatakan, ada beberapa dalil yang mendasari mengapa martabat orang jujur lebih tinggi dari suhada. Kemudian dikutipnya ayat Al-Qur’an surah An-Nisa 69 yang menyebutkan, “Dan barang siapa yang nenaati Allah dan rasulNya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang yang mati sahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yangs sebaik-baiknya”.
Lebih jauh dijelaskan, ketika hendak pergi ke Bagdad, Syech Abdul Qodir mendapat nasihat dari ibunya, Syarifah Fatimah. Setelah mendengar nasihat itu, wali besar tersebut mengatakan dirinya tidak mau berbohong dan tidak pernah bersumpah untuk apapun seumur hidupnya.
“Bunyi pesannya: Wahai anakku jangan pernah berbohong. Sesungguhnya kebahagiaanmu ada dalam kejujuranmu. Ilmumu ada dalam kejujuranmu. Hikmahmu ada dalam kejujuranmu. Derajatmu ada dalam kejujuranmu. Makrifatmu dan hakikatmu ada dalam kejujuranmu,” katanya.
Prof Syarif Fadhil menegaskan, orang yang jujur hendaknya jangan bersedih (la tahzan), sampai hari kiamat nanti. Ini kabar gembira bagi kita semua. Karena setiap kejujuran yang dilakukan umat Nabi Muhammad akan mendatangkan rezeki dan keberkahan. Akan memberi derajat mulia di sisi Allah dan di sisi para nabi.
Musuh dari kejujuran adalah kebohongan. Disebutkan dalam salah satu kitab Al Jaelani bahwa derajat kebohongan adalah keburukan kedua setelah setan. Pembohong adalah pewaris setan. Allah melaknat para setan dan pembohong.
“Pembohong akan dijauhkan dari rahmat Allah, dari rahmat malaikat, dari rahmat para nabi, dan dari semua manusia. Rezekinya semakin sedikit dan tidak berkah, tidak nyaman hatinya. Pembohong tidak ada nilainya di mata masyarakat,” katanya.
Prof. Dr. Muhammad Fadhil al Jilani merupakan salah seorang intelektual muslim dari Turki. Seorang peneliti pertama manuskrip kitab-kitab Syech Abdul Qodir Jaelani yang beredar di seluruh dunia. Kemudian berupaya menghimpunnya kembali. Dirinya bahkan sempat menyelamatan manuskrip tua, satu-satunya yang tersisa di dunia.
Kini sudah ada 45 kitab yang sudah dicetak kembali. Di antaranya berjudul Tafsir Al Jailani, Nahnul Qodiriyah, dan Dikrul maqomah. Bahkan sebagian dari kitab Jailani tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kita beruntung, karena dirinya mengupayakan diri untuk bisa hadir ke Sidoarjo, meskipun ibundanya sedang menderita sakit.
Sementara itu kegiatan manaqib sudah mentradisi di kalangan nadliyin. Kegiatannya berupa pembacaan biografi Syech Abdul Qodir Jaelani. Ini salah satu wujud kecintaan kepada para wali. Dengan mempelajari biografi ulama akan diperoleh teladan tentang kesalehan, kebaikan, perilaku, dan sifat mulianya. (rio)








