SIDOARJO (Radarjatim.id) Desa Lemujut Kec Krembung Sidoarjo memiliki 14 UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Namun distribusi produknya masih sekiar masyarakat desa setempat, belum meluas hingga ke beberapa daerah. Padahal sebagain besar masyarakat sekarang sudah memanfaatkan era kemajuan teknologi yang penuh dengan digitalisasi.
Setelah dilakukan survey oleh PKaMI (Program Kemitraan Masyarakat Institusi) dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya promosi secara digital, sehingga produk mereka tidak diketahui oleh pasar secara luas.
Melihat kondisi tersebut, tim pengabdian masyarakat PKaMI Umsida, yang terdiri dari para dosen, yakni Ruci A. Rahayu, SE, MSA, Ak, CA, Wiwit Hariyanto, SE, M.Si dan Alshaf Pebrianggara, SE, MM. Mereka melakukan pendampingan selama 5 bulan mulai Desember 2021, dan ditemukan beberapa permasalahan mitra yang harus segera dipecahkan, yakni belum melakukan shifting penjualan dari offline ke online. Produk yang dihasilkan mitra belum memiliki ciri khas yang dapat menarik perhatian pasar, dan Mitra belum melakukan perhitungan harga pokok produksi atas produk mereka.
Menurut Ruci A. Rahayu bahwa metode pelaksanaannya adalah dengan menggunakan metode PALS (Participatory Action Learning System). Dimana metode ini pada dasarnya adalah pelibatan mitra dalam proses pembelajaran aktif partisipasi dalam program aksi penerapan IPTEKS. Yaitu berupa pendampingan pemberdayaan UMKM dengan menggunakan strategi diversifikasi produk, dan shifting penjualan dari offline ke online. “Sehingga membentuk suatu sistem interaksi pembelajaran masyarakat secara partisipatif, baik secara personal maupun komunal,” jelasnya.

Jadi, PKaMI sebellumnya juga menawarkan beberapa solusi, diantaranya memberikan sosialisasi dan pendampingan dalam melakukan shifting penjualan dari offline ke online (digitalisasi marketing). “Memberikan sosialisasi terkait diversifikasi proses sehingga memperbanyak varian produk yang dijual. Memberikan sosialisasi dan pendampingan terhadap langkah penentuan harga pokok produksi atas produk yang dijual,” katanya.
Adapun hasil luaran yang diharapkan dari pengabdian masyarakat ini adalah dapat memberdayakan peningkatan kinerja UMKM, melalui pendampingan dan pelatihan mengenai diversifikasi produk, shifting penjualan dari offline ke online. “Serta penentuan Harga Pokok Produksi (HPP), dan harga jual produk yang diterbitkan pada jurnal abdimas terakreditasi sinta. Mereka juga harus memiliki modul pengembangan UMKM ber-ISBN, yang dapat diterbitkan dalam media-media massa nasional, dan dapat diunggah di media sosial (web, Youtube dan IG),” terang Ruci A. Rahayu.(mad)







