GRESIK (RadarJatim.id) – Rapat kerja (Raker) Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Kabupaten Gresik, Jawa Timur, yang dihelat di ruang Preservasi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Gresik, Rabu (12/7/2023) menjadi ajang introspeksi (berwawas diri) atas kelemahan sekaligus sebagai sarana memberdayakan organisasi. Karena itu, peserta Raker sepakat untuk mematangkan program praktis yang secara riil dibutuhkan masyarakat dalam kerangka pengembangan literasi.
“Selama ini kita sering menertawakan orang lain sebagai isyarat bahwa kita merasa lebih dari yang lain, padahal kenyataannya bisa sebaliknya. Karena itu, mulai sekarang kita lebih sering menertawakan diri sendiri sebagai sarana mawas diri sekaligus melakukan perbaikan dan jauh dari sikap menyombongkan diri,” ujar Ketua GPMB Gresik Kris Adji A.W, saat mengawali Raker, Rabu (12/7/2023).
Dikatakan, sebenarnya GPMB secara nasional telah terbentuk sejak 2001, sementara di Gresik baru berdiri pada 2021. Namun, ia menyadari dalam 3 tahun sejak terbentuknya organisasi nirlaba ini di Kota Santri ini, belum banyak yang dilakukan. Masyarakat pun, lanjutnya, belum banyak mengenal organisasi yang dipimpinnya itu.
“Kita perlu terus melakukan sosialisasi agar keberadaan GPMB dikenal masyakat. Dan, sebelum kita melakukan gerakan literasi ini ke masyarakat, secara internal kita perlu memberdayakan dulu GPMB. Kalau kita sendiri belum berdaya, bagaimana bisa memberdayakan atau mengajak masyarakat untuk gemar membaca,” tandas budayawan Gresik ini.
Ia menambahkan, berdasar hasil survey PISA (Programm for Internasional Student Assesment) 2019, minat baca di Indonesia cukup merosot, berada di peringkat 62 dari 70 negara. Tingkat minat baca masyarakat Indonesia, lanjutnya, sangat rendah, yakni di angka 0,001%. Artinya, dari 1.000 orang, cuma 1 yang rajin membaca secara tuntas. Padahal, dari segi jumlah perpustakaan, Indonesia justru menempati posisi nomor 2 di dunia.
“Ironi ini yang mesti memacu kita terus menggeliatkan minat baca masyarakat. Kita perlu rumuskan langkah-langkah taktis yang mudah dilakukan. Nggak usah bikin program yang muluk-muluk atau ndakik-ndakik, tapi tidak bisa direalisasikan,” pintanya.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Gresik Budi Raharjo mengaku ikut bersalah terkait belum “bergeraknya” GPMB meski keberadaannya telah memasuki tahun ketiga. Sebagai pembina, katanya, ia tidak bisa hanya berpangku tangan dan menyerahkan sepenuhnya pengelolaan organisasi ini kepada pengelola atau pelaksana.
“Kalau runut, saya ikut bersalah karena sebagai pembina belum bisa memberikan yang terbaik untuk peran GPMB ini. Karena itu, marilah momentum raker ini kita manfaatkan untuk memaksimalkan peran GPMB untuk kemajuan literasi masyarakat,” katanya memberikan semangat.
Sementara Hamim Farhan, akademisi yang juga sosiolog dan pemerhati kebijakan publik, yang dihadirkan sebagai narasumber, lebih banyak mengupas pengembangan filsafat literasi dengan memanfaatkan spirit Iqro’. Spirit Iqro’ yang bersumber dari Kitab Suci Al Quran, katanya, bisa didekati melalui teks, konteks, non-teks.
“Dengan spirit Iqro’ sikap kritis harus dibangun untuk mendobrak ‘kemapanan’ pemikiran. Namun, kritis tidak boleh angger saja, tapi juga harus logis. Jika ini sudah terbiasa, maka kemampuan membaca fenomena, yaitu apa yang tersimpan di balik fakta yang terjadi di masyarakat dengan mudah bisa dilakukan. Itulah hakikat atau pesan kuat dari spirit Iqro’,” ujar Hamim.
Untuk mengasah kemampuan dan memaksimalkan peran elemen organisasi, termasuk GPMB, lanjut Hamim, perlu 4 pendekatan, yakni ta’aruf (saling mengenal), tafahum (saling memahami), ta’awun (saling membantu, kolaborasi), dan takaful (saling berbagi risiko).
Jika elemen organisasi, khususnya di GPMB Gresik, memiliki semangat dan kemampuan tersebut, bisa dipastikan perannya dalam mencerdaskan masyarakat di bidang literasi, terutama membaca dan menulis, bisa dimaksimalkan.
“Akhirnya, saya perlu menutup paparan ini dengan ungkapan: serendah-rendahnya orang hidup di dunia, adalah yang tidak bisa membentuk team work dan tidak bisa memberikan manfaat bagi lingkungannya,” pesan Hamim yang mengisyaratkan pentingnya kerja sama dan kolaborasi untuk memberikan manfaat riil kepada masyarakat. (sto)







