SIDOARJO (Radarjatim.id) Menjadi wanita karir dan bergaji besar merupakan sebuah kebanggaan. Namun, karena taatnya kepada suami, semua itu harus dikorbankan. “Bekerja mencari barokah, dan pahalanya akan selalu mengalir hingga saya tidak ada di dunia ini, adalah guru. Sehingga saya menuruti suami untuk menjadi guru”.
Itulah ungkapan Rheny Puspita Ratih, S.Pd Guru SDN Gelam 1 Kecamatan Candi, Sidoarjo usai menerima SK P3K (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) yang secara simbolis diserahkan oleh Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali, S.IP pada (19/5/2022) lalu.
Penulis Buku ‘Butiran Pena Dalam Kata’ ini mengaku sampai menangis pertama kali menjadi guru. Terbiasa menjadi wanita karir di sebuah perusahaan penerbangan nasional dan bergaji besar serta berpenampilan keren. Pada Maret 2015 berubah drastis, harus memutuskan untuk menjadi guru, dan berpenghasilan Rp 200 ribu per bulan.

Bahkan, lanjut Bu Rheny_apaan akrabnya, sudah menjadi guru kelas IV pun masih banyak perusahan-perusahaan besar yang menawari saya untuk bekerja. Suami tidak menginjinkan. Suami tidak menuntut saya bergaji besar dan berkarir. “Jadi guru saja supaya punya barokahnya ilmu dan pahala. Alhamdulillah sudah berjalan hingga sekarang ini menjadi ASN P3K,” ungkap perempuan yang bercita-cita ingin menjadi Polwan.
“Saya berprinsip, bekerja harus full mendapatkan restu dan dukungan suami. Sama seperti saat ikut seleksi FASDA INOVASI juga atas restu dari suami. Ternyata menjadi guru itu enak. Ada kepuasan batin yang tidak bisa saya beli dengan materi. Bisa ketemua anak-anak setiap hari, bercandaria, tertawa bersama-sama mereka merupakan obat terbaik di dunia,” katanya.

Tapi, terkadang juga ada dukanya. Kalau ada siswa yang kurang mendapatkan perhatian orangtuanya. Misal, orang tua bercerai, orang tua menghilang jadi ikut kakek atau nenek. “Sehingga mempengaruhi masalah pembelajaran dan psikis serta sifat siswa tersebut. Sebagai pendidik, kita harus bisa memberikan solusi yang terbaik bagi anak-anaknya didiknya, ” ungkapnya.(mad)







